Kisah Pemuda Korban Banjir Bandang di Luwu Utara, Mulai Dari Menjaga Masjid Hingga Selamat Dari Terjangan Banjir

1286
Muh Aswadin Alfath (23) saat menceritakan apa yang dialaminya
ADVERTISEMENT

MASAMBA – Banjir bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Luwu Utara, masih menyimpan duka yang begitu mendalam bagi masyarakat, terutama masyarakat yang terdampak banjir.

Hal itu juga dirasakan oleh Muh Aswadin Alfath (23), betapa tidak pemuda asal Pontaden, Kelurahan Bone, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, sempat terombang ambing oleh Banjir Bandang selama Dua jam.

ADVERTISEMENT

Kepada Koran Seruya, mahasiswa Universitas Islam Makassar menceritakan, jika awalnya dia bersama rekan-rekannya hendak memperpaiki tanggul disekitar masjid di wilayah tersebut, untuk menghalau banjir masuk ke halaman masjid.

Namun katanya, lambat laun air kian deras dan volume air mulai meninggi. Tanggul yang awalnya mereka buat juga mulai terkikis dan terbawa arus.

ADVERTISEMENT

“Usai salat isya, saya pulang ke rumah untuk mengganti pakaian, karna mau bantu warga untuk memasang tanggul karung yang berisikan pasir, agar air tidak masuk ke halaman masjid, tidak lama setelah tanggul terpasang, debit air mulai tinggi,” katanya, Sabtu (25/7/2020).

Melihat tanggul yang mulai jebol, dirinya dan rekan-rekannya sempat menyelamatkan diri. Namun katanya, setelah melihat kondisi masjid, ia dan rekannya memilih kembali dan menyelamatkan sejumlah barang di masjid.

“Awalnya kami kira banjir kali ini, sama seperti banjir sebelumnya, jadi kami kembali dan menyelamatkan barang-barang yang ada di masjid, tapi air mulai tinggi dan semakin deras,” terangnya.

Lebih jauh, dirinya mengatakan usai melihat pagar salah satu pesantren yang ada di wilayah tersebut ambruk akibat dihantam banjir, Aswadin dan rekannya mulai panik dan berlari untuk menyelamatkan diri.

Mereka kemudian, berlindung di atas atap salah satu rumah warga, namun naasnya tempatnya berlindung juga terendam akibat tingginya air yang datang menerjang wilayah tersebut.

“Akhirnya saya berenang lagi menuju pohon Bambu yang ada disekitar rumah itu, sekitar 1 jam saya berlindung disitu tapi karena tingginya air dan sangat deras, bambu itupun juga rebah dan terbawa banjir,” jelasnya.

Dirinya kemudian terus berenang, untuk mencari tempat perlindungan baru, hingga akhirnya dia menaiki sebuah kayu besar yang hanyut terbawa arus banjir.

“Saya berenang terus dan mulai pasrah, karna selama berenang kayu terus datang menhantam tubuh saya, sampai akhirnya saya temukan kayu besar untuk jadi tempat berlindung,” terangnya.

“Alhamdulillah, kayu yang saya naiki membawa saya ketepi, disitumi saya kemudian turun dan berjalan untuk meminta pertolongan kepada warga dan membawa saya ke rumah sakit,” pungkasnya. (Sya)

ADVERTISEMENT