LUWU–Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM) Cabang Luwu Raya, kembali melakukan aksi unjuk rasa di perempatan traffic light Lapangan Bua, Kecamatan Bua Kabupaten Luwu, Sabtu siang tadi (20/2/2021).
Unjuk rasa tersebut dilakukan sebagai bentuk keluhan dari para petani atas terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.
Jenderal Lapangan, Jordi Goral dalam orasinya menganggap kelangkaan pupuk bersubsidi ini sebagai bentuk kegagalan Menteri Pertanian dalam mengakomodir kebutuhan pupuk bagi para petani Indonesia. Dan meminta kepada Presiden Joko Widodo agar kembali melakukan reshuffle, khususnya kepada Menteri Pertanian yang dinilai gagal dalam menyejahterakan para petani.
“Kasihan para petani pak, di mana beberapa daerah yang ada di Kabupaten Luwu sudah masuk musim tanam dan tanaman padinya tersebut sudah ingin diberikan pupuk, tapi ironisnya para petani akan sulit mendapatkan sebuah pupuk bersubsidi,” ucap Goral dalam orasinya.
Lanjutnya, sebuah statement yang dilontarkan oleh Menteri Pertanian dalam hal ini Syahrul Yasin Limpo dalam janji politiknya menjamin ketersediaan pupuk subsidi bagi petani di Indonesia dan akan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
“Namun secara realitasnya di lapangan, ini tidak akan mungkin terjadi. Sebab, ketersediaan pupuk subsidi dari beberapa daerah di Indonesia belum dapat terakomodir secara keseluruhan,” tutup Jordi Golar dalam orasinya.
Dalam aksi unjuk rasa tersebut para mahasiswa membawa isu “PUPUK LANGKA PETANI SENGSARA” Tuntutannya: mendesak Presiden untuk me-reshuffle Menteri Pertanian dan segera penuhi kebutuhan pupuk bagi para petani.
Unjukrasa GAM Luwu Raya Diapresiasi DPRD Luwu
Ketua Komisi II DPRD Luwu, Wahyu Napeng, menanggapi aksi unjuk rasa itu kelompok mahasiswa tersebut mengatakan, jika kondisi yang ada sebenarnya bukanlah kelangkaan pupuk bersubsidi.
Menurut dia sebenarnya yang harus dipertanyakan adalah persoalan pengurangan jatah pupuk bersubsidi bagi petani tahun 2021 ini.
“Tahun 2020 petani mendapat jatah pupuk bersubsid 4 zak jenis urea per hektare. Sekarang hanya satu zak per hektare. Hal ini yang perlu dipertanyakan, kenapa jatah pupuk bersubdisi dikurangi oleh pemerintah,” sebutnya.
“Banyak kok pupuk, penuh di gudang produsen. Cuma jatah pupuk bersubsidi yang sekarang ini dikurangi ke tingkat petani,” jelas Wahyu, Kamis lalu (18/2) di Belopa.
Ia menambahkan, tidak ada permainan karena sesuai dengan jatah yang sudah ditentukan. Tidak ada kelangkaan pupuk, jatah yang memang kurang dari Kementerian lewat Dinas Pertanian Kabupaten Luwu.
Wahyu Napeng mengapresiasi aksi mahasiswa demi memperjuangkan hak-hak masyarakat. Apalagi soal kedaulatan petani. “Komisi II DPRD Luwu sudah berkunjung ke Dinas Pertanian Sulsel mempertanyakan pengurangan jatah pupuk subsidi untuk petani sawah,” katanya.
Rencananya, Senin lusa (22/2), GAM Luwu Raya akan kembali melakukan aksi dan menyampaikan aspirasinya di gedung DPRD Kab. Luwu.
(iys)