Pasca Kerusuhan di Wamena, Warga Pendatang Asal Toraja dan Bugis Bertahan di Kodim Jayawijaya

181
(foto/tribuntimur.com)
ADVERTISEMENT

PAPUA — Pasca kerusuhan yang terjadi di Sinakma, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, ratusan pengungsi masih bertahan di Kodim 1702 Jayawijaya. Perantau yang umumnya berasal dari Toraja dan Bugis, Sulawesi Selatan itu masih trauma dengan insiden yang terjadi pekan lalu.

Dalam insiden tersebut, terdapat 12 orang tewas. Umumnya adalah penduduk asli yang ditembak petugas. Sementara puluhan rumah milik perantau dibakar penduduk asli Papua. “Sebelumnya 450 orang, dan tambah lagi. Kami tidak sediakan aula besar ataupun fasilitas yang layak tapi apa adanya,” ujar Dandim 1702 Jayawijaya, Letkol CPM Athenius Murip, dikutip dari tribuntimur.com.

ADVERTISEMENT

Selain itu, pihaknya siap mengawal penampungan warga seperti di masjid, gereja, dan rumah personel TNI. “Dapat bantuan dari pak Bupati dengan tim sudah mengirimkan beras, Supermi dan sembako tentunya,” ujarnya. Meski begitu, pihaknya terbuka apabila ada relawan yang ingin memberikan bantuan kepada para warga yang mengungsi. “Sesuai dengan fasilitas yang ada kami siap jamin, hingga situasi normal kembali,” tandasnya.

Sementara itu, Kepolisian Daerah Papua menangkap 13 orang yang diduga menjadi pemicu kerusuhan Wamena, Papua, akibat hoaks penculikan anak.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Polisi Ignatius Benny Ady Prabowo memastikan situasi saat ini sudah berangsur pulih. Pada Jumat kemarin juga diadakan rapat Pemerintahan Daerah Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk menyelesaikan masalah. Saat ini Polda Papua memeriksa orang diduga pemicu kerusuhan.

ADVERTISEMENT

“Polri mengamankan dan sedang memeriksa 13 orang. Empat terindikasi, sembilan masih dalam pemeriksaan,” kata Benny saat dihubungi, Sabtu, 25 Februari 2023. Benny mengatakan total korban jiwa dalam kerusuhan yang bermula pada Kamis, 23 Februari 2023, berjumlah 12 orang. Sebanyak 10 orang telah dimakamkan.

Benny mengatakan kerusuhan bermula saat massa marah karena termakan rumor penculikan anak. Mereka melihat dua orang sales keliling menggunakan mobil dan menuduh mereka sebagai penculik anak. “Mereka menganggap sales pelaku penculikan anak. Kemudian mau diselesaikan di kantor polisi, mereka tidak mau, tetapi massa sudah semakin banyak,” ujar dia. Massa yang marah kemudian terprovokasi meski tokoh masyarakat berupaya menenangkan. Massa tetap menyerang aparat. “Ya sudah terjadi bentrok jadinya. Dua orang itu sudah diamankan di Polres,” kata Kabid Humas Polda Papua. (*/roy)

ADVERTISEMENT