Pulang magang dari Jepang, Pemuda Malangke Ingin Manfaatkan Limbah Pertanian

99
ADVERTISEMENT

MASAMBA — Sistem pertanian terpadu yang menggabungkan beberapa sektor, seperti pertanian dan peternakan, menjadi sebuah pola integrasi pertanian yang coba dikembangkan oleh seorang pemuda milenial asal Kecamatan Malangke Barat (Malba), Kabupaten Luwu Utara.

Adalah Abdan Baso, pemuda kelahiran Kambisa 28 tahun silam ini, mencoba mengembangkan sebuah sistem pertanian – peternakan terintegrasi, dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan untuk ternak serta limbah peternakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.

ADVERTISEMENT

“Saya ingin mengembangkan pola integrasi pertanian dan peternakan, utamanya terkait limbah pertanian dan peternakan agar ke depan semua limbah dapat dimanfaatkan, sehingga tak ada lagi limbah yang tidak dimanfaatkan,” tutur Abdan Baso usai menghadiri Peresmian Rehabilitasi BPP Malangke Barat baru-baru ini, yang juga dihadiri Bupati Luwu Utara.

Ia menyebutkan, pola atau sistem pertanian terintegrasi saat ini dinilai sangat menguntungkan masyarakat petani, utamanya pertanian dan peternakan, lebih khusus lagi yang terkait dengan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah peternakan.

ADVERTISEMENT

“Pola integrasi peternakan – pertanian, atau ternak dan tanaman, ini dinilai sangat menguntungkan petani kita karena dapat memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan dan limbah peternakan sebagai pupuk organik,” ucap pria yang akrab disapa Baso.

Alumnus Unhas ini mengungkapkan, ide pengembangan integrasi pertanian – peternakan itu didapatkan usai mengikuti magang selama satu tahun di Jepang pada 2022 kemarin, tepatnya di Perusahaan Tomioka Egg Farm Hashimotoshi, Prefektur Wakayama, Jepang, sebuah perusahaan di Negeri Matahari Terbit yang bergerak di sektor peternakan ayam.

Baso, begitu ia akrab disapa, mengatakan bahwa petani dan peternak, khususnya mereka yang berusia muda atau bahasa kerennya, petani dan peternak milineal, tentu memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang pembangunan pertanian dan peternakan. Tak salah kemudian ia menyasar para pemuda untuk aktif berkontribusi di sektor pertanian-peternakan.

Untuk mewujudkan pengembangan integrasi pertanian – peternakan, Baso membuka Pusat Konsultasi Peternakan Gratis di desa tempat ia tinggal. Pusat Konsultasi Peternakan Gratis ini, kata dia, disiapkan untuk merangsang pemuda lainnya berwirausaha di sektor peternakan.

Bahkan Pusat Konsultasi Peternakan Gratis ini ia buka dua tahun sebelum Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memilih dirinya melalui seleksi yang ketat ikut dalam program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk magang di Jepang. Dan ia memilih program satu tahun.

Program tersebut, lanjut dia, adalah sebuah program yang bertujuan untuk membangun petani – pengusaha milenial yang profesional, berdaya saing, dan berjiwa wirausaha. Untuk itu, dituntut harus mampu mengimplementasikan semua ilmu yang didapatkan setelah program magang di Jepang selesai dijalani.

Putra sulung Ketua KTNA Luwu Utara, Ramli Palalloi, ini pun memiliki mimpi untuk mengubah karakter dan mindset petani-peternak, khususnya yang berusia milenial. Ia menilai, hampir sebagian besar petani-peternak hanya bisa melihat dengan matanya, tetapi belum mampu melihat dan mengamati dengan menggunakan rasio.

“Dari awal memang sudah harus dibentuk karakternya. Saya amati petani baru bisa melihat dengan mata, bukan rasio yang jalan. Sekarang sawit lagi banyak, nah petani pun ikut menanam sawit. Ini harus kita ubah. Petani harus bisa fokus terhadap satu komoditi,” tandasnya. (*/roy)

ADVERTISEMENT