17 Tahun Tsunami Aceh, Ini Cerita Kapolres Palopo Selamat dari Gelombang Setinggi 30 Meter

1271
Kapolres Palopo, AKBP Muhammad Yusuf Usman. (Foto : Rusdianto Humas Polres Palopo)
ADVERTISEMENT

PALOPO — 26 Desember 2004, terjadi peristiwa memilukan yang selalu akan dikenang rakyat Indonesia, utamanya warga Nangroe Aceh Darussalam. Tepat hari, 17 tahun lalu terjadi tsunami yang maha dahsyat menerjang bumi Serambi Mekkah.

Kapolres Palopo, AKBP Yusuf Usman menjadi saksi hidup pada peristiwa tersebut. Perwira dua melati itu selamat dari bencana yang menelan korban jiwa hingga ratusan ribu.

ADVERTISEMENT

“Saat itu saya pasukan BKO dari Polda Sumatera Barat (Sumbar). Saya ditugaskan di Polsek Peukan Bada Polresta Banda Aceh,” ungkap Yusuf saat dihubungi via WhatsApp, Minggu (26/12/2021).

Selamat dari musibah tsunami Aceh merupakan anugerah baginya. Dia mengaku, tsunami Aceh merupakan tragedi yang tidak bisa dia lupakan.

ADVERTISEMENT

“Anggota saya ada 60 personil. 16 orang jadi korban. 6 jenazah ditemukan, 10 lainnya hilang,” ungkapnya sambil mengenang kembali peristiwa nahas itu.

“Bencana alam itu terjadi tanggal 26 pagi. Saat itu kami baru saja melakukan PAM Natal di Banda Aceh pada tanggal 25 Desember sehari sebelum tsunami. Karena baru melaksanakan piket PAM Natal, subuh dini hari (pukul 4.00) kami kembali ke Polsek. Tujuannya untuk istirahat, sebagian anggota juga pulang kerumahnya,” ungkapnya.

Sekitar pukul 6.00 waktu setempat terjadi gempa dahsyat. “Saya yang tidur di ruangan pada waktu itu dibangunkan sama anggota. Komandan, komandan ijin, bangun komandan, ada gempa,” ujar Yusuf menirukan perkataan anggotanya.

Mendegar hal itu, mantan Kasubit Regident Ditlantas Polda Sulsel itu bergegas bangun. Dia lalu meminta semua anggotanya untuk kembali ke Polsek.

“Kami sempat apel, dan mengatur strategi untuk melakukan evakuasi pasca gempa. Gempanya tidak begitu lama, sekitar 10 menitan saja, tapi goyangan bumi itu cukup dahsyat yang membuat sejumlah rumah rubuh. Setelah apel, kami masing-masing mengambil tugas yang telah kami bagi untuk melakukan evakuasi,” urainya.

“Karena saya waktu itu belum sarapan, saya niatnya makan di warung yang ada di depan Polsek, sembari menelpon ibu saya di Makassar. Tahu-tahunya setelah saya duduk dan pesan teh hangat di warung, tiba-tiba suara gemuru datang,” sambungnya.

Yusuf bercerita suara itu seperti pesawat yang mau take off. Saat melihat ke luar warung, air setinggi 20 meter mendekati Polsek. Dia bersama enam anggotanya saling menatap, panik.

“Sebagai komandan saya pun minta semua istighfar, dan berpasrah kepada yang maha kuasa. Air bercampur lumpur pun menghempaskan kita semua. Saya dan 6 anggota saya hanyut terbawa arus lumpur dan material bangunan sekitar 3 Km dari Polsek, atau dekat dari Masjid Baiturrahman Aceh,” tuturnya.

“Dari peristiwa ini saya simpulkan keajaiban datang itu karena adanya doa ibu. Insya Allah,” kenang Yusuf Usman.

“Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan hidup oleh Allah Azza WA Jalla,” pungkasnya.

Diketahui, gempa dan tsunami Aceh terjadi pada Minggu, 26 Desember 2004 atau 17 tahun lalu. Kala itu gempa dangkal berkekuatan 9,3 SR terjadi di dasar Samudera Hindia sekitar pukul 07.59 WIB. (liq)

ADVERTISEMENT