TENGAH malam tersiar kabar jembatan Salupikung di Kelurahan Rampoang, Kecamatan Bara Kota Palopo, putus. Macet tak terhindarkan di jalur Trans Sulawesi. Tanpa pikir panjang, pria berkacamata itupun langsung mengambil telepon.
Ia meminta Kepala Balai Preservasi Jalan dan Jembatan Sulsel Kementerian PUPR, Reiza Setiawan untuk mencari solusi terkait rusaknya Jembatan Rampoang. Jawaban yang diterima membuatnya lega.
” Besok, Balai Jalan dan Jembatan Sulsel akan turun membangun jembatan darurat. Memang ada solusi sementara dan cepat untuk pengguna jalan. Apalagi ini trans Sulawesi,” katanya. Muhammad Fauzi memang gelisah ketika ada masalah yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Apalagi jika itu terjadi di Daerah Pemilihan III Sulsel, daerah yang diwakilinya.
Tahun 2020 lalu, ketika banjir bandang menerjang Luwu Utara adalah masa dimana jam tidurnya berkurang drastis. Sedih dan berduka. Luwu Utara punya ikatan yang sangat erat dengannya. Apalagi, sang istri Indah Putri Indriani menjadi bupati di daerah berjuluk Bumi Lamarangginang itu.
Belasan nyawa menjadi korban ganasnya banjir bandang yang terjadi saat tengah malam. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Sawah dan ladang yang menjadi kehidupan utama masyarakat hancur. Fasilitas umum rusak total. Kerugian materil akibat bencana tersebut diperkirakan triliunan rupiah.
Setelah memastikan seluruh keluarga selamat dari bencana, Muhammad Fauzi yang akrab disapa Abang ini langsung berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
” Saya minta BNPB untuk segera menurunkan timnya dan memberi perhatian penuh ke Luwu Utara. Saya terima laporan hari ini sudah ada tim dari BNPB yang tiba di Luwu Utara,” katanya. Selain dengan BNPB, Fauzi juga meminta kepada Kementrian Sosial yang merupakan mitranya di Komisi VIII DPR RI saat itu untuk turun tangan.
Hanya dalam beberapa hari, bantuan dari pusat mengalir ke korban banjir di Luwu Utara. Setelah penanganan korban sudah berjalan, yang dibutuhkan adalah pemulihan pasca bencana. Berkat lobinya, BNPB mengucurkan bantuan senilai Rp 44,8 miliar untuk pembangunan 897 Hunian Tetap (Huntap) bagi korban banjir bandang Luwu Utara. Dengan huntap ribuan warga yang rumahnya hanyur tersapu banjir bandang kini mulai menata kehidupan baru.
” Kami bersyukur bisa mendapat hunian tetap. Entah bagaimana lagi kami bisa membangun rumah. Semua telah hilang,” kata Baso, warga Petambua. Legislator Partai Golkar ini mengaku dirinya harus berjuang di pusat. Bagaimana menggelontorkan dana dari pusat untuk dibawa ke Daerah pemilihannya khususnya Kabupaten Luwu Utara yang dilanda banjir.
Sebab, anggaran daerah tentu tak mampu untuk membiayainya. Sepanjang tahun 2020- 2021 silam Fauzi berhasil ‘meraup’ dana dari pusat kurang lebih Rp 100 miliar lebih. Dana tersebut mulai dari perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan, bedah rumah hingga program bantuan modal usaha, operasional pesantren, desa wisata hingga bantuan sembako untuk masyarakat terdampak Covid-19.
Bantuan itu direalisasikan di Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Pinrang dan Kabupaten Sidrap yang menjadi daerah pemilihannya. Guna lebih memaksimalkan fungsinya di DPR RI, Fraksi Partai Golkar melakukan reposisi. Salah satu yang diroling adalah Muhammad Fauzi. Ia dipindahkan ke Komisi V yang membidangi infrastruktur. Suami dari Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani inipun langsung tancap gas.
Tahun 2022 ini Sedikitnya ada 1000 unit rumah warga di Luwu Utara dibedah melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Kementerian PUPR.
Program ini turun berkat aspirasi Abang Fauzi. Bukan hanya di Luwu Utara, tetapi program ini tersebar di sejumlah kabupaten di Luwu Raya.
Abang juga berhasil menggelontorkan Rp 7 miliar bantuan dari Kementrian PU untuk membangun pesantren di daerah Balebo Luwu Utara yang terbakar. Bantuan tersebut turun dalam tempo kurang lebih dua minggu pasca terbakarnya pesantren itu. ” Saya kasihan melihat santri-santri yang tak punya tempat belajar dan bernaung. Di Kementrian, saya bersikeras agar pesantren ini secepatnya dibantu. Alhamdulillah, usaha saya terjawab,” katanya.
Dalam dunia politik, Fauzi punya sejarah yang cukup panjang. Ia bergabung dengan Himpinan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Jakarta. Ia juga pernah menjadi ketua sejumlah organisasi mahasiswa lainnya. Hingga akhirnya Abang Fauzi pertamakali masuk ke dunia politik praktis Indonesia melalui Partai Bulan Bintang (PBB).
Dia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh PBB seperti Yusril Ihza Mahendra, Bang MS Kaban, Hamdan Zoelva. Sehingga menjadi generasi pertama di PBB. Bahklan ia didapuk menjadi Ketua Umum Pemuda Bulan Bintang menggantikan Hamdan Zoelva. Tak ragu, PBB kemudian mengutusnya menjadi caleg DPR RI daerah pemilihan Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan terpilih di periode 2004-2009.
Lima tahun, Abang mewarnai Senayan dan memperjuangkan daerah yang diwakilinya itu. Setelah masa jabatannya berakhir di DPR, ia kembali menekuni dunia bisnis. Dari Jakarta, Abang terbang menuju ke Luwu Utara, salah satu daerah di Sulsel. Kebetulan, istrinya saat itu terpilih menjadi Wakil Bupati. Tahun 2015, Fauzi sempat maju di pileg 2015 untuk calon anggota DPR RI Partai Gerindra Dapil III Sulsel. Sayangnya, Dewi Fortuna belum berpihak kala itu.
Kendati kerap berada di belakang layar, Partai Golkar punya radar yang cukup kuat. Ia didapuk menjadi Ketua Golkar Luwu Utara. Tahun 2018, ujian pertama baginya saat pemilihan gubernur/wakil gubernur Sulsel. Abang berhasil membuktikannya. Pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar menjadi pemenang di Luwu Utara walaupun kalah di Sulsel secara keseluruhan.
Ujian kedua saat pemilu Ia menjadi caleg DPR RI. Ayah dua anak ini juga tak kehilangan muka. Perolehan suaranya sebanyak 63.076 dan berada di urutan kedua caleg terpilih DPR RI Dapil III Sulsel.
Perolehan suaranya hanya kalah dari Ketua DPD Nasdem Sulsel, Rusdi Masse. Hebatnya lagi, di tangan Abang, kursi Golkar di DPRD Luwu Utara bertambah menjadi delapan. ” Kepercayaan dari masyarakat adalah amanah dan ladang pengabdian bagi saya,” tandasnya. Pengabdian seorang Muhammad Fauzi, tanpa batas. Dari Serambi Mekah hingga ke Tana Luwu. (MUHAMMAD ADNAN HUSAIN)