PALOPO–Pamong praja senior sekaligus pendidik senior di IPDN Sulsel asal Kota Palopo, Hamzah Jalante, mengaku prihatin, karena sudah beberapa tahun terakhir ini, putera-puteri asal Luwu Raya mulai Kota Palopo, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur, minim lolos seleksi calon praja IPDN.
Sebut saja, tahun 2021 lalu, hanya 1 calon praja IPDN asal Luwu Raya yang lolos seleksi dari 52 kuota untuk Sulsel. “Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, karena sudah beberapa tahun ini, sangat minim calon praja IPDN lolos seleksi dari Luwu Raya. Padahal, Luwu Raya ini empat kabupaten/kota. Tahun 2021 lalu, hanya satu orang dari Palopo,” ujar Hamzah Jalante saat berbincang-bincang dengan KORAN SERUYA, Rabu (7/11/2022).
Keprihatinan Hamzah Jalante tersebut diakuinya sudah pernah disampaikan dalam rapat KKLR, termasuk beberapa praktisi pendidikan di Luwu Raya. “Termasuk saya sampaikan kepada Bapak Rektor Unanda Palopo mengenai hal ini. Tentu ini sangat memprihatinkan,” kata Hamzah.
Dibandingkan daerah lainnya di Sulsel, yang dari segi pendidikannya wilayah Luwu Raya lebih maju pesat, calon praja IPDN dari daerah tersebut berkisar 2 sampai 3 orang per tahun, seperti Takalar, Jeneponto, dan lain-lain. Bahkan Bone bisa sampai 10 lebih per tahun. “Padahal wilayah Luwu Raya ini sangat luar biasa kemajuan pendidikannya,” katanya.
Minimnya calon praja IPDN dari wilayah Luwu Raya lolos seleksi setiap tahun, menurut Hamzah, perlu mendapat perhatian serius empat pemerintah daerah se Luwu Raya, termasuk para praktisi pendidikan. Sebab, jika hal ini terus berlangsung, sekitar 20-an tahun kedepan, Luwu Raya tidak akan memiliki kader pemerintahan yang baik.
“Banyak cara bisa dilakukan, mencontoh daerah lainnya. Misalnya, pemerintah turun tangan membuat kebijakan di bidang pendidikan, dimana pelajar berprestasi dibuatkan kelas khusus dan diberi pelatihan semacam Bimbel. Termasuk kalau perlu ada hibah dari pemerintah daerah untuk kegiatan Bimbel pelajar-pelajar berprestasi,” kata mantan Kepala DPKAD Kota Palopo ini.
Hamzah menyebut, seleksi calon praja IPDN sangat ketat, bahkan hampir sama dengan seleksi CPNS. Tidak ada lagi dikenal istilah ‘main mata’ masuk menjadi praja IPDN karena seleksinya sangat ketat. “Nyaris sudah tidak ada permainan, murni menakar kemampuan para calon yang mengikuti seleksi. Agar bisa lolos, calon praja IPDN yang mau mengikuti seleksi harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, seperti mengikuti Bimbel, menjaga kesehatan, dan lain-lain,” katanya.
Kedepan, Hamzah Jalante berharap, jumlah putera-puteri asal Luwu Raya mulai Palopo, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur, bertambah lolos seleksi praja IPDN, sehingga wilayah ini memiliki banyak calon pamong di bidang pemerintahan di masa mendatang. “Paling tidak, setiap tahunnya 2 sampai 3 orang lulus dari setiap kabupaten/kota di Luwu Raya,” katanya. (and)