Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Bahtiar Baharuddin, memuji perjuangan para pejuang dan masyarakat Tana Luwu atau Wija To Luwu (WTL) dalam mempertahankan Tana Luwu tetap dalam pangkuan NKRI dari penjajah.
Perjuangan para pejuang dan masyarakat Tana Luwu menjadi catatan penting sejarah perjuangan bangsa ini, yang dikenal dengan peristiwa Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) 23 Januari.
“Kesetiaan orang Luwu, Wija To Luwu ke NKRI sangat besar dan sangat setia. Ini terbukti melalui catatan sejarah HPRL. Sayangnya, sampai 78 tahun peristiwa HPRL berlalu, belum ada Wija To Luwu jadi menteri,” kata Bahtiar Baharuddin dalam sambutannya selaku Inspektur Upacara peringatan HPRL ke-78 dan Hari Jadi Luwu di Malili, Selasa 23 Januari 2024.
Pernyataan Bahtiar Baharuddin tersebut tidak bermaksud mengerdilkan para Wija To Luwu. Malah sebaliknya, tersirat jika Bahtiar Baharuddin sangat mengharapkan adanya Wija To Luwu bisa menjadi menteri atau pejabat penting di Pemerintah Pusat.
Dalam sambutannya, Bahtiar Baharuddin juga menyampaikan bahwa Tana Luwu ini adalah daerah yang memiliki kerajaan tertua di Indonesia, yang sampai saat ini terjaga dan lestari, yakni Kedatuan Luwu.
Bahtiar Baharuddin dalam sambutannya menyampaikan, sebagai Pj Gubernur Sulsel, dirinya akan membantu Kedatuan Luwu untuk memperbaiki Istana Luwu melalui bantuan anggaran APBD Sulsel. “Istana Luwu harus berdiri megah dan mewah, karena adalah identitas kejayaan orang Luwu. Kita akan bantu perbaikannya,” katanya.
Banyak hal disampaikan Bahtiar Baharuddin dalam sambutannya, termasuk banyak mengurai wilayah Tana Luwu adalah satu wilayah di Sulawesi yang memiliki banyak potensi, baik SDA dan SDM. (***)