Haeril Al Fajri : Seruan People Power Tidak Tepat untuk Pemilu

138
ADVERTISEMENT

PALOPO — Maraknya seruan people power oleh beberapa elit nasional dianggap tidak mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Hal ini justru dikwatirkan semakin mempertajam konflik pasca pemilu 2019.

ADVERTISEMENT

People power turut ditanggapi oleh salah seorang Tokoh Perdamaian Dunia Lintas Agama, Haeril Al Fajri.

Menurutnya tokoh-tokoh bangsa dan elit-elit politik nasional seharusnya tampil menenangkan masyarakat pasca begitu memanasnya suhu pilpres dan pileg 2019 bulan april yang lalu.

ADVERTISEMENT

Haeril Al Fajri mengungkapkan seruan People Power justru menciptakan kekisruhan baru, karena hal ini dianggap beririsan dengan muatan politik salah satu pasangan calon Presiden.

“Seruan People Power yang disampaikan oleh tokoh-tokoh pendukung salah satu pasangan calon presiden akan memperkisruh suasana menjelang penetapan pemenang Pilpres dan Pileg secara resmi oleh KPU 22 Mei Mendatang,” katanya.

Haeril juga menambahkan alasan yang mendasari seruan people power karena adanya kecurangn pemilu dianggap tidak tepat karena proses demokrasi Indonesia sudah menyiapkan wadah untuk itu.

” Saya pikir jika ada kecurangan pemilu baiknya dilaporkan ke Bawaslu, jika sudah penetapan dianggap tidak memuaskan bisa diajukan gugatan ke MK, negara kita sudah mengatur koridornya,” tutur Haeril Al Fajri yang juga Pendiri Tana Luwu International Peace Maker.

Haeril melanjutkan People Power yang diserukan bukan representase masyarakat Indonesia secara umum karena hasil survei menunjukkan diatas 70% masyarakat puas dengan kinerja pemerintah.

“Survei CSIS menunjukkan 72,9% masyarakat puas dengan kinerja pemerintahan jadi siapa yang mau melakukan people power? Tentu yang kita harapkan pasca pemilu ini adalah rekonsiliasi bangsa sebagaimana yang diserukan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia Muhammadiyah dan NU,” ungkapnya.

Sebagai seorang Tokoh Perdamaian lintas agama ia berpesan agar semua elemen bangsa termasuk yang di daerah untuk tidak terprovokasi dan kembali merajut persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa.

“Ayo, di momen bulan ramadhan ini jalin silaturrahim. Beda pilihan dipilpres itu biasa, kita negara demokrasi, sekarang kita rajut kembali persaudaraan untuk Indonesia yang damai,” tutupnya. (asm)

ADVERTISEMENT