Belum Tahun 2022, Dunia Mulai ‘Dihantui’ Ancaman Covid-22, Dikabarkan Lebih Mematikan dan Berbahaya

360
ILUSTRASI ANCAMAN COVID_22
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA.COM–Covid-22 menjadi trending topik Twitter di Amerika Serikat pada Selasa (24/8/2021) dengan lebih dari 58.200 Twit.

Istilah ‘covid-22’ tersebut muncul dari seorang ahli imunologi dari Swiss, Prof Dr Sai Reddy. Dia memperingatkan bahwa varian baru dapat muncul pada 2022 yang dapat menimbulkan resiko besar.

ADVERTISEMENT

Bahkan, Reddy memperkirakan kemungkinan varian baru yang disebutnya “Covid-22” bisa lebih buruk daripada covid-19 dengan berbagai varian yang telah melanda dunia.

“Covid-22 ini akan menjadi masalah besar di tahun depan. Covid-22 bisa lebih buruk dari apa yang kita saksikan saat ini,” tutur Reddy dalam wawancara dengan koran berbahasa Jerman-Swiss, Blick, terkait pandemi.

ADVERTISEMENT

“Jika varian seperti itu muncul, kita harus mengenalinya sedini mungkin dan produsen vaksin harus mengadaptasi vaksin dengan cepat,” lanjut Reddy.

Lantaran pernyataan Reddy tersebut, ancaman Covid-22 kini menjadi perhatian lantaran disebut lebih berbahaya dan mematikan dari varian delta, yang saat ini
mendominasi penularan lantaran sifatnya yang lebih cepat menular.

Namun, prediksi Reddy tersebut mendapat tanggapan dari Profesor Lawrence Young. Virologis dari Universitas Warwick ini menyebut perkiraan Reddy tersebut masih terlalu dini. “Covid-22 menakutkan dan sangat spekulatif,” katanya.

Lawrence berpendapat, mutasi kombinasi strain dari berbagai varian virus yang ada saat ini sangat kecil kemungkinannya. “Itu tidak berarti bahwa kita harus lengah tentang generasi varian baru. Kita telah belajar keras tentang dampak dari varian Alpha dan Delta,” lanjutnya.

Ia menyarankan cara terbaik untuk menghentikan virus corona bermutasi menjadi varian-varian baru adalah dengan menghentikan virus menginfeksi manusia dan mendorong semua orang agar tidak saling menularkan satu sama lain.

Sebab, virus ini bisa bermutasi menjadi varian yang lebih ganas ketika memperbanyak diri di sel manusia yang terinfeksi. “Kita sangat perlu membuat dunia divaksinasi,” tandasnya. (***)

ADVERTISEMENT