Hadiri Seminar Kebangsaan, Kapolres Pertama Luwu Utara “Pulang Kampung”

439
Bupati Luwu Utara saat foto bersama Deputi III Bidang Kerjasama Internasional BNPT-RI Irjen Pol. Hamidin, usai Seminar Kebangsaan, Sabtu (9/6), di Lapangan Tamsis Masamba
ADVERTISEMENT

Masamba — Nama Hamidin di awal 2000-an tentu tidak asing di telinga warga Kabupaten Luwu Utara, yang pada saat itu tengah menikmati Luwu Utara sebagai daerah otonomi baru, hasil pemekaran dari Kabupaten Luwu. Ya, dialah Kapolres Pertama Kabupaten Luwu Utara, yang pada Sabtu (9/6) kemarin kembali “pulang kampung” menjejakkan kakinya di Bumi Lamaranginang. Saat ini ia menjabat sebagai Deputi III Bidang Kerjasama Internasional BNPT-RI dan berpangkat Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol).

Dalam rangka apa jenderal bintang dua ini di Masamba? Eks Kapolres Metro Jakarta Pusat ini berada di ibukota Kabupaten Luwu Utara sebagai narasumber di acara Seminar Kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan Hari Bhayangkara ke-72, di Lapangan Taman Siswa (Tamsis) Masamba. Seminar yang mengangkat tema “Mengantisipasi Radikalisme dan Terorisme” ini terlaksana berkat kerjasama Polres Luwu Utara, KNPI Luwu Utara dan Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara.

ADVERTISEMENT

Hadir dalam seminar ini, Bupati Indah Putri Indriani, Wakil Bupati Muhammad Thahar Rum, Kapolres Luwu Utara Boy FS. Samola, Sekretaris Daerah (Sekda) Abdul Mahfud, Ketua KAHMI Muhammad Fauzi, para pejabat Pemda Luwu Utara, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat. Bupati Luwu Utara hadir membuka acara. Dalam sambutannya, Bupati Indah Putri Indriani mengatakan, hari lahir pancasila bukan sekadar sebagai kegiatan seremonial semata, melainkan bagaimana menjaga nilai-nilai dari pancasila itu sendiri.

“Bicara hari lahir pancasila yang kita peringati seminggu yang lalu bukan hanya sekadar kegiatan seremonial belaka, karena kita dituntut untuk bagaimana menjaga nilai-nilai dari pancasila itu sendiri,” ujar Indah. Tentang radikalisme, Indah Putri Indriani menjelaskan bahwa radikalisme itu secara umum dipahami sebagai sebuah pemikiran untuk merubah sesuatu dalam waktu yang cepat alias instan. “Dia tidak mau berproses, maunya serba instan, dan tidak mau berusaha. Ini salah satu contoh pemahaman radikal,” tutur Indah.

ADVERTISEMENT

Olehnya itu, kata Indah, semua elemen bangsa harus bisa menginternalisasikan nilai-nilai pancasila ke dalam budaya dan kehidupan sehari-hari, bukan sekadar dihafal isinya, tetapi juga bagaimana mengaplikasikannya. “Di Kabupaten Luwu Utara, kita mempunyai fondasi yang cukup kuat atas keberagaman. Kita juga telah membangun fondasi yang kuat untuk memahami perbedaan,” terang Indah, seraya mengajak seluruh level pemerintahan di bawah untuk bersinergi menjaga Luwu Utara dari segala ancaman radikalisme.

Sebelumnya, Ketua KNPI Luwu Utara, Suharto, dalam laporannya mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya seminar kebangsaan adalah untuk membekali anak muda, bagaimana mengantisipasi paham terorisme dan radikalisme. “Meskipun belum ada tindakan terorisme di Luwu Utara, tapi setidaknya kita bisa mencegah sedini mungkin. Untuk itu, kita ajak rekan-rekan yang ada di organisasi, baik kepemudaan, sekolah ataupun kampus untuk hadir di sini,” ujar pria yang akrab disapa Atto ini. (man/hms)

ADVERTISEMENT