BELOPA — Kabupaten Luwu setiap tahunnya surplus ketersediaan gabah. Hanya saja itu tidak berbanding lurus dengan harga beras di pasar yang melonjak tinggi sejak dua pekan terakhir. Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No 7/2023, Harga Eceran Tertinggi (HET) jenis beras medium saja dijual Rp 11 ribu rupiah perkilo.
Namun demikian di pasar rakyat Bajo misalnya, para pedagang menjual beras medium sudah diatas HET. Harganya melonjak bahkan mencapai Rp 16 ribu rupiah per kilogramnya. Persentase kenaikan harga beras medium tersebut tembus diangka 50 persen.
Itu terungkap setelah Pj Bupati Luwu, Muh Saleh berdialog langsung dengan pedagang saat blusukan ke pasar rakyat Bajo, Selasa (27/2/2024) kemarin. Blusukan Pj Bupati Luwu ke pasar untuk mengecek langsung harga-harga bahan pokok.
“Ada kenaikan harga bahan pokok seperti beras dijual Rp 16 ribu perkilogram, gula pasir Rp 18 ribu perkilo. Data kenaikan harga ini akan kita bahas selanjutnya untuk menentukan penanganan inflasi,” kata Muh Saleh.
Terpisah Kepala Dinas Perdagangan Luwu, Ruslang pada Rabu (28/2/2024) mengatakan, adanya inflasi harga beras di pasar memang tidak bisa dibendung. Itu karena dipengaruhi beberapa faktor. Termasuk adanya permainan harga di kelompok pedagang.
Kendati demikian. Ia mengingatkan bahwa ketersediaan gabah di Kabupaten Luwu ternyata surplus setiap tahunnya.
“Berdasarkan kajian, kita kan surplus gabah setiap tahunnya hasil panen petani dari ratusan hektar sawah yang ada di Luwu,” kata Ruslang.
Surplus gabah, kata Dia, ternyata tidak sebanding dengan jumlah pabrik yang ada di Luwu. Jumlah pabrik tersedia bahkan tidak mampu mengimbangi surplus gabah. Masalah ini sudah terjadi sejak dahulu. Para petani atau pemilik gabah lebih memilih memabrik atau menjual gabahnya ke luar daerah.
“Itu karena ketersediaan pabrik gabah kita masih sangat terbatas. Belum lagi kalah bersaing soal harga di pasaran. Ada perbedaan harga, mereka menganggap lebih mahal harganya jika menjual gabah ke luar daerah” jelasnya.
Sehingga hal demikian dimanfaatkan para pedagang dari luar daerah datang bertandang ke Luwu membeli gabah. Gabahnya dari Luwu, tapi dipabriknya di luar daerah.
Bagi Ruslang, seharusnya warga di Kabupaten Luwu tidak ikut terdampak inflasi kenaikan harga beras di pasar. Andai saja tidak ada permainan harga di kelompok dagang. Salahsatu upaya mencegah inflasi adalah surplus gabah harus pula sebanding dengan jumlah pabrik yang memadai.
“Jadi gabah yang ada disini, dipabriknya di Luwu. Hasil olahannya (beras) dijual di Luwu berdasarkan nilai HET pemerintah,” pungkasnya. (mat)