Angka Pengangguran di Luwu Meningkat, Disnaker Soroti Masalah Skill

117
Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Luwu, Hasbullah. Foto: Mat
ADVERTISEMENT

BELOPA – Tingkat pengangguran di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, menunjukkan tren kenaikan setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Luwu terus meningkat.

Tercatat hingga Desember 2024, jumlah pengangguran naik sebanyak 970 orang. Angka ini naik 0,44 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan TPT mencapai 4,14 persen atau sebanyak 8.212 masyarakat Luwu menganggur.

ADVERTISEMENT

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten (Disnaker) Luwu, Hasbullah, menyebutkan bahwa salah satu faktor utama meningkatnya jumlah pengangguran adalah persoalan keterampilan individu.

“Misalnya menuntut perusahaan untuk merekrut tenaga kerja masyarakat Luwu, tapi kenyataannya di lapangan jarang kita dapatkan adik-adik kita yang punya skill,” kata Hasbullah, Senin (16/6/2025).

ADVERTISEMENT

Ia mencontohkan, perusahaan tambang emas di Luwu membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus di bidang pengoperasian alat berat.

“Sekian banyak vendor yang dimunculkan oleh PT Masmindo dan PT Petrosea. Setelah kita buka, yang diterima adalah Operator Alat Berat Artikulasi Dump Truck (ADT) dengan catatan ada sertifikatnya. Adakah adik-adik kita di Luwu ini yang punya setifikat operator ADT,” ungkap Hasbullah.

ADVERTISEMENT

Begitu pula dengan perusahaan ritel modern yang mencari pekerja untuk mengisi posisi IT Support.

Hasbullah kembali menegaskan, faktor keterampilan individu turut serta mempengaruhi lonjakan angka pengangguran di Luwu.

Untuk mengatasi masalah keterampilan tenaga kerja itu, pemerintah harus turut andil. Salah satunya melalui program Balai Latihan Kerja (BLK) yang dilaksanakan oleh Disnaker.

“Jalan satu-satunya yang kita lakukan, meminta kepada pemerintah daerah, dengan keberadaan BLK ini harus diberdayakan. Supaya kita bisa merekrut anak-anak kita di Luwu untuk dilakukan pelatihan,” jelas Hasbullah.

Lanjut, untuk memaksimalkan program BLK, pihaknya terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan perusahaan-perusahaan pengguna tenaga kerja sebelum membuka program BLK.

“Misalnya PT Masmindo tahun ini menerima posisi loader, maka kita buka di BLK pelatihan loader. Kemudian kita bisa sampaikan ke perusahaan, bahwa alumni BLK ini nantinya tolong diakomodir, karena ini putra Luwu semua,” tutur Hasbullah.

Kendati demikian, ia berharap pemerintah dan stakeholder terkait turut serta mendukung program BLK dapat berjalan optimal sesuai fungsinya. “BLK sejak awal sudah merekrut calon tenaga kerja melalui program pelatihan. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi perusahaan untuk menolak tenaga kerja lokal yang telah memiliki keterampilan dari pelatihan BLK,” pungkas Hasbullah. (mat) 

ADVERTISEMENT