Soal Kebijakan Tabung 3 Kg, Warga Marah ke Menteri Bahlil Lahadalia

0
ADVERTISEMENT

JAKARTA — Seorang warga Tangerang meluapkan kekesalannya atas kelangkaan gas elpiji 3 kilogram di warung-warung saat bertemu Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Pria yang mengaku bernama Efendi itu menyampaikan protesnya secara langsung kepada Bahlil dalam kunjungan ke agen gas di kawasan Cibodas, Tangerang, pada Selasa (4/2/2025).

Sambil menenteng tabung gas kosong, Efendi dengan penuh emosi berbicara kepada Bahlil yang saat itu berdiri dengan pengawalan ketat. “Saya sekarang lagi masak pak, saya tinggal demi gas,” ujarnya dengan nada penuh tekanan. Bahlil pun menanggapi keluhan tersebut dengan sigap. “Iya, iya, iya,” jawabnya menenangkan.

ADVERTISEMENT

Namun, Efendi terus menyampaikan keluhannya, menyoroti dampak kelangkaan gas terhadap kebutuhan rumah tangga. “Bukan masalah antre gasnya, anak kami lapar butuh makan, butuh kehidupan pak,” katanya dengan nada protes. Bahlil mencoba menenangkan suasana. “Oke, sudah pak ya,” ujarnya.

Namun, Efendi kembali menegaskan pentingnya logika dalam menangani permasalahan ini. “Logika berjalan dong pak,” serunya sambiul menunjuk-nunjuk wajah Bahlil. “Iya, iya sudah pak ya. Sudah pak ya, sudah-sudah kita paham pak. Kita mengurus banyak orang dan bapak juga,” kata Bahlil sebelum akhirnya meninggalkan tempat tersebut.

ADVERTISEMENT

Guru Besar Universitas Airlangga sekaligus pengamat politik, Prof. Henri Subiakto. menyoroti cara komunikasi Bahlil yang dinilai kurang memiliki empati terhadap rakyat kecil. “Sudah begitu lalu melihat gaya bicara Bahlil yang menunjukkan sebagai pejabat yang tidak punya rasa empati pada kesulitan rakyat kecil,” lanjutnya. Prof Henri bilang, kebijakan yang berdampak langsung pada masyarakat seharusnya dibuat dengan mempertimbangkan kondisi di lapangan.

“Kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat akan selalu menimbulkan resistensi. Jangan salahkan warga jika mereka bereaksi keras,” tambahnya. Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram belakangan ini memang menjadi keluhan di berbagai daerah. Banyak warga yang kesulitan mendapatkan gas bersubsidi tersebut dengan harga normal. Prof. Henri pun mengajak publik untuk membayangkan jika mereka berada dalam posisi warga yang berdebat langsung dengan Bahlil. (*)

ADVERTISEMENT