Tagihan Listrik Naik Selama Pandemi? Yuk Tanya PLN!

721
ILUSTRASI LISTRIK MAHAL
ADVERTISEMENT

JAKARTA–PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bakal blak-blakan soal riuh tagihan listrik yang dianggap membengkak selama pandemi virus corona (Covid-19).

Dalam forum Dialog Bisnis “Tagihan Listrik Naik Selama Pandemi? Yuk Tanya PLN!”, Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Yuddy Setyo Wicaksono,menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Diskusi virtual ini akan dipandu oleh Jurnalis Senior Bisnis Indonesia Hery Trianto.

ADVERTISEMENT

Sabtu (6/6/2020) lalu, PLN memastikan akan menyiapkan skema perlindungan lonjakan tagihan untuk mengantisipasi lonjakan drastis yang dialami oleh sebagian konsumen. Hal ini dilakukan akibat pencatatan rata-rata tagihan menggunakan rekening 3 bulan terakhir.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan dengan melalui skema ini, lonjakan yang melebihi 20 persen akan ditagihkan pada bulan Juni sebesar 40 persen dari selisih lonjakan dan sisanya dibagi rata tiga bulan pada tagihan berikutnya.

ADVERTISEMENT

“Langkah ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh PLN, dengan mempertimbangkan adanya keluhan pada sebagian pelanggan di unit-unit pembayaran PLN termasuk keluhan yang disampaikan melalui media ataupun media sosial,” ujarnya, dilansir KORAN SERUYA dari Bisnis.com.

Yuddy menjelaskan, PLN memiliki posko pengaduan dan contact center 123. “Kalau menanyakan PLN ke 123 kami punya data, ID pelanggan kita punya riwayat, kapan dicatat, ada foto dan kani bisa menjelaskan,” jelasnya.

Selain itu, untuk memastikan lonjakan sesuai dengan penggunaan, pelanggan bisa baca meter listriknya. “PLN perushaaan transparan. Meter kami ada di pelanggan, dan pelanggan bisa lihat berapa pemaiakannya,” katanya.

Tidak hanya itu, pelanggan bisa melakukan pengecekan pada website PLN dan PLN 123 ataupun mengunggah aplikasi PLN Mobile dengan memasukkan ID pelanggan dan muncul berapa kwh meter itu.

“PLN mobile bisa mencocokan meter dirumahnya. Contact center lebih rendah daripada di meter. Kemungkinan dicatat bebeberapa hari lalu,” katanya.

Yuddy menambahkan misalnya ada perbedaan tagihan dan pemakaian, pihaknya mempersilahkan pelanggan melakukan koreksi ke concact center PLN. “Kami berusaha jelaskan di 123 dan aktif menjawab keluhan di media sosial,” ujarnya.

Yuddy memberi contoh pebagian penagihan listrik yang mengalami lonjakan pemakaian. Misalnya saja, ada tagihan Rp1 juta, berdasarkan rata-rata pelanggan akan membayar Rp1 juta pada Maret. Padahal pada bulan itu pemakaian mencapai Rp1,6 juta, sehingga Rp600.000 dibayarkan pada rekening Juni.

Hanya saja, agar tidak membebani, pada tagihan listrik Juni, pelanggan akan membayar 40 lonjakan pemakaian listrik atau sebesar Rp240.000. Selanjutnya sisanya akan dibayarkan pada tiga bulan berikutnya.

Total kenaikan konsumsi listrik sebanyak 4,3 juta terhadap total konsumen pasca bayar sebanyak 34,5 juta atau berkisar 15 persen. Dari pelanggan yang mengalami kenaikan tagihan, ada yang meningkat sekitar 6 persen hingga 200 persen dari 4,3 juta pelanggan. “Yang terbanyak 20 persen sampai 50 persen atau sebanyak 2,4 juta pelanggan,” kata Yuddy.

Untuk kenaikan di atas 200 persen, lanjutnya, tergolong dialami tidak terlalu banyak oleh pelanggan. Jika melihat kenaikan konsumsi listrik rumah tangga sebelum Covid-19 sebesar 1,8 persen untuk 34,5 juta pelanggan pasca bayar. Adapun total keseluruhan pelanggan rumah tangga sebanyak 70,4 juta.

Yuddy juga memberikan solusi untuk 6 persen pelanggan yang mengalami kenaikan tagihan listrik. Menurutnya, kondisi rekening listrik bulan lalu mengalami lonjakan. Melihat hal itu, PLN akan membuat antisipasi agar tidak membebani pelanggan.

“Solusi, kwh yang tercatat akibat rerata tadi di rekening April dan Mei bisa diangsur selama 3 kali ato 3 bulan dengan rumusan dan hitungannya. 60 Persen dari kenaikan dicicil 3 bulan mulai Juli, Agustus dan September. Lalu 40 persen dibayar bulan ini. Dengan angsuran ini bisa meringankan pelanggan,” tambahnya.

PLN mengakui konsumsi listrik rumah tangga tercatat meningkat. “WFH ini kita ketahui, seluruh keluarga ada dirumah, Orang Tua biasanya ke kantor, sekarang di rumah. Anak-anak biasanya di sekolah, sekarang di rumah. Biasanya melakukan kegiatan di rumah sore atau malem, sekarang WFH, pagi, siang dan sore ada di rumah,” tutur Yuddy.

Kedua, pada Mei ada Ramadan. Menurut Yuddy, pada bulan Ramadan, konsumsi rumah tangga naik. “Kenapa? kita masak pas bangun lebih awal [sahur],” tambahnya.

Jika sebelum WFH pencatatan meter listrik rerata berdasar pemakaianannya 3 bulan sebelumnya, maka seakan kenaikan konsumsi listrik selama pada April dan Mei seakan tidak terlihat. “Ini enegri yang belum dicatat atau dibayar. Mei juga begitu pencatatan rerata Juni, ada kwh yang belum dicatat dan dibayar,” katanya.

Untuk tagihan Maret atau saat PSBB diberlakukan di sejumlah daerah, penghitungan sudah menggunaan rerata tiga bulan terakhir. Selanjutnya, pemakaian listrik Maret rekening dibayarkan pada April. Lalu untuk pemakaian April, PLN mengumumkan pelanggan pencatatan mandiri.

Hal itu, bisa dilakukan melalui whatsapp ataupun sosialisasi. “Kalo pelanggan ga kirim via WA ya kami catat meter rerata 3 bulan. Pemakanan Mei rekening Juni dengan baca meter tanpa rerata 3 bulan, [kami] langsung baca meter,” kata Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono.

Dengan begitu, untuk pemakaian dengan rerata di rekening April dan Mei dibayarkan dalam perhitungan rata-rata tiga bulan.

Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan ada beberapa cara pencatatan meter yang dilakukan PLN. Untuk penghitungan Maret dilakukan rerata tiga bulan terakhir.

Hal ini diambil untuk menegakkan PSSB, dan mendukung program pemerintah memutus mata rantai Covid-19. “Bukan kami ga mau bergerak. Tantangan ke depan, kita mau memutus mata rantai. Demi keselamatan pelanggan dan petugas kami,” katanya. dalam Dialog Bisnis bertajuk Tagihan Listrik Naik Selama Pandemi? Yuk Tanya PLN!, Senin (8/6/2020).

Menurutnya, kendati terjadi PSBB di sejumlah daerah, PLN tetap siaga untuk mengatasi gangguan. “Kami betul betul melayani pelangggan sebaik-baiknya dan melakukannya dengna protokol kesehatan pelanggan,” tambahnya. (*/tari)

ADVERTISEMENT