KORANSERUYA.COM–Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) berhasil meloloskan 24 desa wisata dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Keberhasilan tersebut membawa Sulsel di urutan kedua terbanyak yang lulus 300 besar program ADWI 2021.
Menariknya, dari 24 desa wisata yang diajukan mengikuti ADWI 2021, salah satunya ada di Kota Palopo, yakni Kambo. Secara administratif, wilayah Kambo yang berada di Kecamatan Mungkajang ini, bukanlah desa. Tetapi berada dalam wilayah kelurahan, yakni Kelurahan Kambo.
Tak masalah dan tidak perlu diperdebatkan. Pastinya, kita berharap Kambo bisa juara pertama pada ajang ADWI 2021, sebagai desa wisata di Tanah Air.
Wilayah Kambo adalah daerah perbukitan, yang lebih dikenal dengan nama Bukit Kambo. Berada di daerah perbukitan, bila berkunjung ke daerah ini, mata akan menatap pemandangan hijau yang akan menghadirkan perasaan nyaman. View yang disuguhkan setelah sampai di bukit Kambo ini setelah melalui rute yang agak terjal, jalanan yang berkelok dihiasi rumput dan pepohonan hijau.
Yang menarik dari Kambo, selain memiliki pemandangan indah dan alam yang sejuk, Kambo memiliki satu destinasi wisata yang keren. Destinasi wisata tersebut dikenal dengan nama Kambo highland Park Palopo.
Jajanan sarabba, pisang goreng, dan aneka jajanan khas Palopo bisa dinikmati saat berkunjung ke Bukit Kambo. (ft/ist/int)
Destinasi ini diberi nama Kambo Highland Park Palopo, karena lokasinya berada di areal bukit Desa Kambo. Destinasi ini merupakan objek wisata buatan dengan kreasi artifisial lanskap eksentrik, yang membuat para pengunjung terpesona dengan perpaduan lanskap buatan dengan keindahan alam pegunungan dan bukit
Kambo.
Tidak hanya itu, tata lanskap di lahan berkontur dengan penambahan beberapa ornamen fasilitas pelengkap, seperti area kolam renang anak dan dewasa, resort dan villa, restoran, dan kafe menjadi tambahan untuk wisatawan.
Salah satu fasilitas utama yang menjadi daya tarik wisatawan adalah vila atau resort yang disediakan dengan langgam arsitektur neo-vernakular. Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern, yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton atau bangunan berbentuk kotak-kotak.
Perpaduan bahan material dari kayu beratap jerami seakan membuat bangunan menyatu dengan alam. Ornamen patung-patungnya pun dari material batu alam agar memiliki irama yang sama dalam satu kawasan.
Tak kalah menariknya, saat berkunjung ke Kambo, pengunjung bisa menikmati Sarabba. Ada beberapa warga berjualan sarabba dan kuliner lainnya. Dan tentnya, minum sarabba di Puncak Kambo ini menjadi nyaman karena sambil melihat Kota Palopo dari ketinggian.
Dari atas ketinggian, pengunjung bisa melihat seluruh Kota Palopo dengan lautnya yang indah. Harga sarabbanya cukup murah, Rp 7 ribu rupiah pergelas.
Bukan hanya sarabba yang disediakan di tempat ini, ada juga sop ubi, bakso dan aneka jus buah. Harga sop ubi Rp 10 ribu, bakso Rp 12 ribu dan jus buah Rp 7 ribu per gelas.
“Kita sangat bersyukur, karena Kambo mewakili Sulsel untuk ADWI 2021. Semoga bisa juara di tingkat Nasional,” kata Camat Mungkajang, Salong.
Diketahui, dari empat daerah di Luwu Raya, tiga daerah meloloskan desa wisata tingkat Sulsel ke Nasional untuk ajang ADWI 2021. Kecuali Luwu tidak ada satu desa wisata yang lolos ke ADWI 2021.
Kabupaten Luwu, misalnya, meloloskan Desa Wisata Rinding Allo, sedangkan Luwu Timur meloloskan Desa Wisata Sorowako. (liq