KORANSERUYA.COM–Jembatan konstruksi yang menghubungkan ruas jalan Palopo-Toraja di Trans Sulawesi poros Battang Barat, Kota Palopo, telah rampung pembangunannya. Bahkan, jembatan yang dibangun secara permanen sebagai upaya pemulihan konektivitas jalan poros utama penghubung Kota Palopo dengan wilayah Toraja itu, sudah dilalui kendaraan roda empat.
Beberapa waktu lalu, jembatan ini dilalui rombongan Harley Davidson dari Tana Toraja ke Palopo. Video iring-iringan motor mewah saat melintas aman dan nyaman tanpa ada tanda larangan.
Meski telah dilintasi kendaraan roda empat, jembatan tersebut belum diresmikan untuk difungsikan oleh Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sulawesi Selatan.
Informasi diperoleh media ini, jembatan ini baru akan diujicoba beban dalam pekan ini sebelum diresmikan dan difungsikan.
Belum lama ini, pejabat Pembuat Komitmen (PPK) II.4 BBPJN Sulawesi Selatan Wido Kharisma, mengungkapkan, jembatan tersebut diperkirakan difungsikan akhir September 2021, atau paling lambat awal Oktober 2021.
“Setelah jembatan berfungsi, konektivitas jalur Palopo-Toraja Utara akan kembali lancar sehingga membantu masyarakat dalam bertransportasi dan ikut
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Kita targetkan akhir September atau awal Oktober difungsikan,” katanya, seraya mengatakan, sebelum jembatan difungsikan akan dilakukan uji beban.
Diketahui, konstruksi jembatan Palopo-Toraja memiliki panjang 100 meter dan lebar 7 meter. Jembatan tersebut menggunakan rangka baja berteknologi Lead Rubber Bearing (LRB) dengan seismic joint yang berfungsi meredam guncangan saat terjadi gempa. Desain jembatan juga diperuntukan bagi kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 10 ton.
Jembatan yang menggunakan cat berwarna merah dan putih untuk lapisan pelindung jembatan. Berbeda dengan jembatan lain yang menggunakan lapisan galvanis dengan satu warna sebagai pelindung baja agar nilai muainya relatif seragam antar elemen baja. Gradasi warna yang berbeda dapat mempengaruhi muai susutnya baja jembatan.
“Karena prinsip dasarnya warna gelap (merah) akan lebih banyak menyerap cahaya dibandingkan warna terang (putih), yang berpengaruh juga terhadap muai baja yang tidak seragam. Akan tetapi, karena Jembatan Palopo ini berada di pegunungan dengan kelembaban yang tinggi dan udara yang sejuk, maka tidak memengaruhi hal tersebut,” terang Wido Kharisma.
Jembatan tersebut dibangun menggunakan anggaran sebesar Rp 31,7 miliar, yang dikerjakan PT Aphasko Utama Jaya. (***)