Dibangun Senilai Rp31,7 Miliar, Update Info Terbaru Jembatan Palopo-Toraja Utara Sebelum Difungsikan dalam Waktu Dekat

1278
idak lama lagi, akses jalan poros Palopo-Toraja Utara normal kembali. Jembatan khusus kendaraan roda empat di poros Battang Barat untuk akses Palopo-Toraja Utara ditarget berfungsi akhir September mendatang.
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA.COM–Kabar gembira bagi masyarakat Kota Palopo dan Toraja Utara, terutama para pengendara di wilayah Luwu Raya. Tidak lama lagi, akses jalan poros Palopo-Toraja Utara normal kembali. Jembatan khusus kendaraan roda empat di poros Battang Barat untuk akses Palopo-Toraja Utara ditarget berfungsi akhir September mendatang.

Jembatan poros Palopo-Toraja Utara di poros Battang Barat, Kota Palopo, telah selesai pembangunannya untuk tahap konstruksi. Jembatan yang akan
memulihkan konektivitas jalan poros utama Palopo dan Toraja Utara yang terputus akibat bencana tanah longsor pada pertengahan tahun 2020 lalu, memasuki tahap pembenahan akhir sebelum difungsikan.

ADVERTISEMENT

Sejak akses jalan poros Palopo-Toraja Utara terputus akibat longsor, masyarakat yang akan bepergian dari Toraja Utara ke Palopo, begitupun sebaliknya tidak bisa berkendara roda empat. Distrbusi logistik dari Palopo ke Toraja Utara begitupun sebaliknya terganggu.

Masyarakat dari Palopo ke Toraja, begitupun sebaliknya hanya bisa melakukan perjalanan dengan kendaraan roda dua, setelah hadirnya jembatan gantung di lokasi longsor Battang Barat. Tahun lalu, jembatan gantung tersebut diresmikan setelah pembangunannya selesai.

ADVERTISEMENT

Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga kemudian membangun jembatan khusus kendaraan roda empat untuk menghubungkan jalur Palopo-Toraja Utara, yang dibangun berdampingan dengan jembatan gantung khusus roda dua.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) II.4 BBPJN Sulawesi Selatan, Wido Kharisma mengatakan, lokasi jembatan baru yang menghubungkan Kota Palopo dengan Kabupaten Toraja Utara ini masih sama dengan sebelumnya. Namun, apabila ke depannya terjadi hujan lebat dan longsor, tidak sampai menutupi akses jalan. “Karena longsoran akan melewati kolong jembatan,” kata Wido yang dikutip dari laman Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kamis (9/9/2021).

Menurut Wido, Jembatan Palopo-Toraja yang baru ini dirancang sepanjang 100 meter dengan lebar 7 meter menggunakan rangka baja berteknologi Lead Rubber Bearing (LRB) dengan seismic joint. “Berguna meredam guncangan saat terjadi gempa. Desain jembatan juga diperuntukan kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 10 ton,” tuturnya.

Selain itu, jembatan juga menggunakan cat berwarna merah dan putih untuk lapisan pelindung jembatan. Berbeda dengan jembatan lain menggunakan lapisan galvanis dengan satu warna sebagai pelindung baja agar nilai muainya relatif seragam antar elemen baja. Gradasi warna yang berbeda dapat mempengaruhi muai susutnya baja jembatan.

Karena prinsip dasar warna gelap contohnya merah akan lebih banyak menyerap cahaya dibandingkan warna terang seperti putih. Hal itupun berpengaruh terhadap muai baja yang tidak seragam. “Akan tetapi, karena Jembatan Palopo ini berada di pegunungan dengan kelembaban yang tinggi dan udara yang sejuk, maka tidak memengaruhi hal tersebut,” terangnya.

Wido menyampaikan, kontruksi jembatan telah selesai akhir Agustus 2021 lalu. Saat ini menyisakan perbaikan dan kelengkapan minor. Sehingga, katanya, masih belum bisa dilalui pengguna jalan. Selain itu, beton harus dilakukan perawatan selama umurnya agar kinerja beton maksimal serta harus lolos pengujian terlebih dahulu.

Dia pun berharap agar kondisi cuaca mendukung selama proses penyelesaian bangunan. Sebab, persoalan yang menghantui adalah cuaca ekstrem. “Kondisi di sekitar jembatan merupakan tebing-tebing tinggi, sehingga bila hujan lebat rawan terjadi longsor,” ucapnya.

Adapun BBPJN Sulawesi Selatan akan melakukan uji beban bersama instansi terkait setelah konstruksi selesai. Sebab, jembatan Palopo-Toraja termasuk dalam kriteria jembatan khusus dengan panjang bentang 100 meter.

“Selanjutnya jembatan dapat beroperasi untuk memperlancar arus distribusi logistik dan juga mobilitas masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Kota Palopo dan Kabupaten Toraja Utara,” terang Wido, seraya menambahkan, jembatan tersebut ditarget beroperasi akhir September mendatang.

Perlu diketahui, sebelumnya Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR melalui BBPJN Sulawesi Selatan telah membangun jembatan gantung sementara agar kendaraan roda dua bisa melintas pasca bencana tanah longsor. Namun, kini melakukan pembangunan jembatan baru dengan anggaran sebesar Rp 31,7 miliar. Sementara pelaksana proyeknya yakni PT Aphasko Utama Jaya. (***)

ADVERTISEMENT