MAKASSAR — Sejumlah srikandi akan bertarung pada pemilu 2024 di Dapil III Sulsel. Salah satunya Aisyah Tiar Arsyad. Putri asal Luwu Utara ini telah dua kali maju sebagai caleg DPR RI. Pemilu 2024 ia diprediksi bakal melanggeng duduk di senayan. Kans anak dari pengusaha ternama, Arsyad Kasmar, ini diulas dalam diskusi ngobrol politik Komunitas Wartawan Politik Sulsel di Warkop Noltiga, Toddopuli, Makassar, Rabu (24/5/2023).
Aisyah maju sebagai caleg DPR RI Partai Gerindra di Dapil Sulsel III yang meliputi Kabupaten Enrekang, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Pinrang, Sidenreng Rappang, Tana Toraja, Toraja Utara, dan Kota Palopo.
“Aisyah memiliki modal politik yang kuat. Ayahnya saja sudah memiliki basis 47 ribu suara di Luwu Utara. Tiga kali maju pilkada, suara Arsyad Kasmar selalu di atas 30 ribu. Apalagi sebagai caleg perempuan, Lutra memiliki riwayat dipimpin Bupati perempuan selama dua periode berturut-turut. Aisyah juga sudah mengantongi modal 28 ribu suara saat maju DPR RI di Pileg 2014,” kata akademisi Universitas Pancasakti, Sakral Wijaya Saputra.
Dengan membandingkan komposisi bakal calon legislator (bacaleg) Partai Gerindra dengan partai lainnya, Sakral cukup yakin Gerindra berpotensi mengantongi 2 kursi di Dapil Sulsel III.
Komposisi bacaleg Partai Gerindra di Dapil Sulsel III antara lain diisi petahana La Tinro La Tunrung, ditambah beberapa nama-nama baru seperti mantan Bupati Luwu Andi Muzakkar, istri Wabup Torut Damayanti Batti, pengusaha asal Papua Capt Andi Unru Baso Suli (Ubas), Ketua DPC Gerindra Pinrang Abdi Baramuli, dan tentu saja Aisyah.
“Pemilih perempuan di Dapil Sulsel III jauh lebih besar dari pemilih lak-laki. Saat ini suara perempuan hanya diwakili Sarce Bandaso Tandiasik (PDIP) dan Eva Stefany Rataba (Nasdem). Dan mereka semua bukan putri asli daerah tanah Luwu, melainkan Toraja. Sehingga ruang Ibu Aisyah sangat terbuka,” ulas Sakral.
Sementara akademisi Universitas Negeri Makassar, Yasdin Yasir menilai Aisyah memiliki kapasitas intelektual untuk duduk sebagai legislator. Sebagai lulusan Universitas Gadjah Mada dan University of Groningen, Belanda, Aisyah merupakan dosen di Universitas Al-Azhar Indonesia dan Jimly School of Law and Government.
“Secara kapasitas intelektual, Aisyah eligible dalam melaksanakan tugas legislasi dengan baik sekira terpilih di 2024. Tapi untuk duduk tentu dibutuhkan strategi yang tepat juga. Aisyah harus bisa menunjukkan pada publik, faktor pembeda ia dengan caleg-caleg lainnya. Hal unik apa dari dirinya yang tidak dimiliki caleg lainnya!” tegas Yasdin.
Menurutnya, faktor pembeda dengan caleg lainnya harus dapat dijabarkan dalam visi misi Aisyah. Keunikan tersebut dapat berupa memperjuangkan hak-hak perempuan, pemekaran Provinsi Luwu Raya, pembangunan infrastruktur yang mendesak, dan lainnya.
“Namun dalam memperjuangkan pemekaran Provinsi Luwu Raya perlu berhati-hati agar tidak kontra produktif. Mengingat tidak semua wilayah Dapil Sulsel 3 adalah tanah Luwu,” tambah Achmad Shabir yang juga akademisi Universitas Negeri Makassar.
Achmad menyarankan Aisyah untuk memaksimal kanal media sosial, utamanya TikTok, dalam menyebarluaskan visi misi dan programnya. “Pengguna TikTok terbesar adalah perempuan, tentu kanal ini paling tepat digunakan untuk menyebarluaskan informasi program perjuangan Ibu Aisyah langsung ke masyarakat,” pungkasnya. (*)