Lebaran Serba Prihatin, Tetap Semangat Doakan Covid-19 Segera Hilang Biar Hidup Normal Lagi

392
KORAN SERUYA EDISI JUMAT, 22 MEI 2020
ADVERTISEMENT

LEBARAN  identik dengan kumpul bersama keluarga, makan ketupat, dan mengenakan baju baru. Namun dampak ekonomi wabah virus corona membuat sebagian orang tak bisa melakukan berbagai tradisi perayaan yang menjadikan lebaran hari yang istimewa.

Belum lagi, empat pemerintah daerah bersama unsur Forkominda se Luwu Raya berikut Majelis Ulama Indonesia (MUI) sepakat mengimbau umat muslim menunaikan salat Idulfitri 1 Syawal 1441 H di rumah bersama keluarga terdekat. Tidak ada salat Idulfitri diadakan di masjid atau lapangan terbuka.

ADVERTISEMENT

Kebijakan tersebut menuai protes keras dari warga. Bahkan, dinilai kebijakan itu ‘melukai’ perasaan umat muslim. Warga membandingkan, salat Idulfitri ditiadakan di masjid dan lapangan terbuka, disisi lain pasar, mall, dan pusat-pusat perbelanjaan ramai diserbu warga.

Yang paling memprihatinkan, Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menyarankan masyarakat tidak menerima tamu saat lebaran di tengah pandemi virus Corona. Dia khawatir masih banyak orang tanpa gejala (OTG) yang tidak terdeteksi.

ADVERTISEMENT

“Menyarankan supaya berlebaran di rumah saja bersama keluarga inti, tidak usah ke mana-mana, dan juga tidak usah menerima tamu. Karena kembali, kita tidak jelas tamu yang datang mungkin membawa virus karena memang banyak sekarang orang tanpa gejala,” kata Fachrul, Kamis (21/5/2020), kemarin.

Fachrul mengimbau masyarakat untuk silaturahmi secara online. Menurutnya, silaturahmi bukan perkara bertemu secara fisik tapi soal kedekatan batin. “Silaturahmi dapat kita lakukan dengan melalui medsos saja, banyak medsos yang tersedia sekarang contoh melalui HP pun bisa. Karena memang bermaafan silaturahmi tidak harus ketemu fisik, silaturahmi terjadi bukan karena kedekatan fisik tapi karena kedekatan batin dan hati,” ungkap Fachrul.

SALAT DI RUMAH SAJA

Para kepala daerah di Luwu Raya juga mengimbau agar umat Islam di Luwu Raya mengikuti imbauan bersama yang telah disepakati pemerintah daerah bersama Forkominda, ulama, dan berbagai elemen terkait lainnya, agar tetap menunaikan salat Idulfitri bersama keluarga terdekat di rumah.

Walikota Palopo, HM Judas Amir bahkan meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS di Kota Palopo yang beragama Islam agar ikut menyosialisasikan keputusan bersama tersebut kepada warga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Termasuk para PNS beragama Islam diminta menjadi contoh bagi warga lainnya agar menunaikan salat Idulfitri di rumah.

“Saya minta para ASN di lingkungan tempat tinggalnya menjadi contoh bagi warga sekitar lingkungan tempat tinggalnya untuk melaksanakan imbauan bersama yang diputuskan Forkominda dan ulama serta stakeholder terkait lainnya,” ujar Judas Amir, saat memimpin pertemuan dengan para pimpinan perangkat daerah, Kepala Bagian dan Camat lingkup Pemerintah Kota Palopo di aula kantor Walikota, Rabu (20/5/2020) lalu.

Judas Amir menegaskan, imbauan salat Idulfitri di rumah bersama keluarga tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, sehingga disepakati tidak ada pelaksanaan salat Idulfitri di masjid atau lapangan terbuka. “Ini demi kebaikan bersama. Bantu saya supaya Palopo tetap zona hijau,” kata Judas Amir.

Sebagai umat muslim, Judas Amir mengaku juga tidak menghendaki salat Idulfitri ditiadakan di masjid atau lapangan terbuka. Namun untuk memutus mata rantai penyebaran Corona, sesuai instruksi Pemerintah Pusat dan MUI, maka instruksi tersebut diikuti di Kota Palopo.

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani mengatakan, pihaknya bersama Forkominda dan ulama telah mengeluarkan maklumat bersama, yang intinya mengajak umat muslim menunaikan salat idulfitri di rumah. Bahkan, Indah meminta para camat, unsur Forkopimcam, Kades, Lurah, KUA, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Muballigh dan tokoh Agama untuk dapat menyosialisasikan maklumat ini secara masif di tengah-tengah masyarakat. “Saya minta maklumat ini disosialisasikan secara masif ke seluruh masyarakat agar melaksanakan salat Idulfitri di rumah masing-masing,” katanya.

Bupati Luwu, Basmin Mattayang dan Bupati Luwu Timur, Thoriq Husler juga meminta umat muslim mengikuti imbauan agar menunaikan salat Idulfitri di rumah bersama keluarga dan kerabat terdekat, karena di Luwu dan Luwu Timur ditiadakan salat Idulfitri di masjid atau lapangan terbuka.

SERBA PRIHATIN

Sementara itu, sejumlah warga Kota Palopo dimintai tanggapannya seputar lebaran tahun ini, rata-rata mengaku sangat prihatin karena salat Idulfitri ditiadakan di masjid dan lapangan terbuka. Umat muslim disarankan salat Idulfitri di rumah saja.

Belum lagi, dampak pandemi corona menyebabkan penghasilan warga menurun drastis. Banyak usaha tutup. “Saya sudah tidak memikirkan Lebaran. Yang saya pikirkan itu kehidupan keluarga sama kesehatan. Itu saja,” kata Damayanti, 35, ibu rumah tangga di Kelurahan Dangerakko, Kecamatan Wara, Kota Palopo.

Hasri, 52 tahun, salah seorang pedagang pakaian dan kain di Pusat Niaga Palopo, ikut mengeluh. Menurut dia, sejak pandemi corona, omset usahanya anjlok, apalagi Pemkot Palopo menutup Pusat Niaga Palopo selama masa pandemi covid-19, sehingga pemasukannya nol sama sekali. “Bagaimana mau memikirkan lebaran, usaha anjlok?,” keluhnya.

Di hari Lebaran, hidangan ketupat dan opor yang biasanya hadir di meja makan mungkin tidak akan ada. Begitu pula baju baru untuk anak-anaknya. “Soalnya kita tahu keadaan kita sekarang kan dalam keadaan begini, susah. Jadi belum kepikiran untuk wah-wahan di lebaran,” kata dia.

Meski begitu, Hasri dan beberapa warga lainnya masih berniat untuk membayar zakat fitrah, hal yang ia lakukan setiap tahun. Zakat fitrah, yaitu sedekah yang dibagikan kepada kelompok miskin dan membutuhkan pada hari raya Idul Fitri, merupakan kewajiban bagi umat Islam.

Riska, 26 tahun, warga Kelurahan Benteng, mengaku kesulitan menyambut lebaran dengan gembira karena corona. Biasanya, kata dia, sepekan sebelum lebaran, ia dan keluarganya sudah sibuk membuat kue lebaran. Namun, lebaran kali ini keluarganya tidak membuat kue lebaran. “Untuk makan sehari-hari saja susah karena penghasilan tidak jelas selama corona,” akunya, sedih.

“Tapi, meski tidak ada kue lebaran dan baju baru, kita tetap bersyukur karena masih bisa berlebaran ditengah keprihatinan,” lanjut dia.

Riska juga berharap, virus corona bisa segera hilang dari Indonesia, terkhusus di Kota Palopo dan kehidupan bisa kembali normal. “Semoga corona segera hilang, kita semua sehat dan bisa hidup normal kembali,” imbuhnya. (*/tari)

ADVERTISEMENT