PALOPO–Peringatan Hari Guru Nasional yang biasanya nampak ramai dengan kehadiran para siswa yang memberikan kado kepada para guru mereka sebagai bentuk terima kasih kepada pengabdian guru kepada para siswanya kini tidak nampak lagi akibat pandemi covid-19. Pandemi Covid-19 yang membatasi guru dan siswa untuk melaksanakan pembelajaran secara tatap muka selama ini sudah berjalan 8 bulan lamanya.
SMPN 14 Palopo dalam memperingati hari guru, tetap melaksanakan kegiatannya walaupun tanpa kehadiran siswanya. Namun pelaksanaan peringatan hari guru ini tetap berjalan hikmat, dimana para guru saling bertukar kado. Adapun makna dari saling tukar kado ini sebagai simbol kasih sayang antar sesama guru, khususnya di SMPN 14 Palopo.
Kepala SMPN 14 Palopo, Arifin Jumak dalam sambutannya menyampaikan kepada para jajarannya khususnya tenaga pengajar di sekolah yang dipimpinnya agar di masa pandemi dan era 4.0 ini harus bisa menguasai teknologi.
“Sebagai Guru di era 4.0 apalagi masa pandemi ini kebutuhan akan teknologi sangat dibutuhkan untuk itu yang harus menguasai teknologi di era 4.0 karena zaman telah bergeser dimana terjadi digitalisasi sektor kehidupan, pembelajaran mutakhir akan terealisasi jika para guru mempunyai kemampuan tersebut,” ujar Arifin, Rabu (25/11/2020).
Ditambahkan Arifin di masa pandemi ini ia berharap semua siswa dan para pengajar agar dapat tetap melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan tetap semangat .
“Jangan putus asa dalam pembelajaran jarak jauh yang dilakukan kita laksanakan selama ini. Semoga masa pandemi yang sedang kita alami cepat berlalu dan kita semua dapat bertemu lagi di sekolah, semangat!,” ujar Arifin.
Selain itu juga dalam kesempatan kegiatan ini Arfin Jumak juga menyampaikan Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2020 .
Di mana Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020 ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kita memperingati Hari Guru Nasional dalam situasi pandemi Covid-19. Sistem pendidikan dimana saja, di seluruh dunia, terkena dampak langsung. Sekolah-sekolah pun sementara harus ditutup. Data UNESCO mencatat lebih dari 90% atau di atas 1,3 miliar populasi siswa global harus belajar dari rumah.
Hampir satu generasi di dunia terganggu pendidikannya. Akibat pandemi pula, jutaan pendidik dituntut untuk bisa melakukan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah.
Hal ini dilakukan agar kita bisa menjaga diri dari potensi terkena virus sekaligus memutus rantai penularannya. Sebagai manusia biasa, situasi sulit ini kadang kala membuat kita merasa tidak nyaman dan tidak berdaya. Ada pilihan untuk menyerah, ada opsi untuk mengeluh.
Namun, kita memilih terus bangkit dan berjuang. Itu karena keyakinan bahwa kita tetap bisa mengupayakan keberlanjutan pembelajaran bagi murid-murid yang kita cintai walau dengan segala keterbatasan. (jun)