TANA TORAJA–Kasus Human Trafficking atau perdagangan manusia semakin marak belakangan ini di Tana Toraja.
Hal ini mendapat perhatian serius para aktivis perempuan yang ada di daerah yang terkenal dengan objek pariwisatanya yang khas itu.
Ditengarai, aksi perdagangan manusia ini adalah sebuah kejahatan terorganisir rapi yang dilakukan oleh para sindikat.
“Perdagangan manusia bukan kejahatan personal seperti kejahatan konvensional lain. Ini kejahatan terorganisir dan dikendalikan sebuah sindikat. Tidak boleh berhenti hanya sampai disitu. Harus diusut pengendalinya,” jelas pegiat perempuan Tenri Farida, Ahad (14/3/2021).
Sambung Tenri, perdagangan manusia dikendalikan berkelompok, cara kerja mereka (sindikat) ini sangat terstruktur. Sindikat human trafficking ini memiliki jaringan di semua daerah.
Sasaran mereka kata Tenri, dominan anak-anak perempuan di bawah umur. Yang diperdagangkan untuk dipekerjakan di sektor hiburan malam. Umumnya, pihak korban mereka berasal dari desa-desa. “Mereka kebanyakan jadi pekerja malam. Ada yang dipekerjakan sebagai pramuria. Dominan di bisnis-bisnis malam,” katanya.
Sebagian lagi dijadikan asisten rumah tangga. Namun persoalan mendasar yang ada dalam kejahatan ini adalah para korban tidak mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja.
Menurutnya, ada yang jadi asisten rumah tangga (pembantu) tetapi tidak dibayar dengan tarif standar. Mereka diforsir bekerja melebihi waktu yang ditentukan. Rata-rata juga banyak yang menjadi korban kekerasan. “Banyak yang menjadi korban intimidasi fisik dan psikis. Terutama yang jadi asisten rumah tangga,” jelasnya melansir Pedoman Media.
Dikatakan Tenri, sasaran mereka adalah anak-anak gadis di bawah umur yang hidup di bawah tarap ekonomi rendah. Sindikat ini sebenarnya sangat mudah teridentifikasi.
Mereka menyasar gadis gadis desa. Lalu diiming imingi pekerjaan dengan gaji besar. “Sehingga banyak yang tergiur. Banyak pekerja malam yang kami temukan di berbagai daerah di Sulsel itu korban sindikat perdagangan manusia. Tapi mereka sulit lepas karena telanjur terjatuh. Akhirnya banyak yang tetap bekerja jadi penjaja seks,” paparnya.
Sebelumnya, seminggu lalu, Polres Tana Toraja mengamankan dua orang pelaku tindak pidana perdagangan manusia. Kedua pelaku adalah Vn (26) warga Tana Toraja dan SS (31) warga Luwuk Banggai.
Ada tiga orang korban. Semuanya di bawah umur. Satu orang berusia 16 tahun dan dua orang 17 tahun. Ketiganya warga Tana Toraja.
Wakapolres Tana Toraja, Kompol Jacob Lobo mengungkap, bahwa awalnya ketiga korban dijanjikan akan bekerja sebagai SPG di Manado dengan fasilitas lengkap dengan gaji yang tinggi. Tapi, korban malah di bawah ke Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tana Toraja, AKP Jhon mengatakan, pengungkapan kasus tersebut berawal dari perkelahian antara dua kelompok anak di Jalan Starda bulan lalu. “Ternyata setelah dilakukan mediasi, kemudian kami menemukan bahwa ada peristiwa lain. Sehingga dibuatkan laporan,” katanya.
AKP Jhon menyebutkan penangkapan Pelaku dilakukan di Luwuk Banggai. “Setelah saksi diperiksa di Banggai, ditemukan bukti yang cukup sehingga dilakukan penangkapan pelaku dan dibawa kembali ke Toraja untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya.
Adapun barang bukti yang diamankan yaitu 4 baju dress mini yang disiapkan pelaku untuk korban, 4 buku rekening dan 2 hp android.
Akibat perbuatannya, kedua pelaku dijerat Udang-undang nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Mereka diancam hukuman penjara minimal 3 tahun, dan maksimal kurungan 15 tahun.
Kakak Beradik Warga Jeneponto Tewas Tersengat Listrik
Korban meninggal tersengat listrik bertambah lagi kasusnya di Tana Toraja.
Teranyar, Sabtu (13/3) petang, tiga orang sedang dirikan tiang Wifi di samping kantor Koramil Ge’tengan, kelurahan Rantekalua, kecamatan Mengkendek, Tana Toraja, tersengat listrik.
Mereka adalah Wandi (23), dan Emba (40) keduanya warga Jeneponto, serta Toni (18) warga Enrekang lantaran pipa yang hendak ditancap ke tanah menyentuh kabel telanjang tegangan tinggi melintang di dekatnya.
Dua korban meninggal dunia Wandi dan Karang Emba (40) di Puskesmas Ge’tengan.
Satunya lagi, korban yang terbakar kondisinya kritis Toni (18) warga Enrekang kini masih menjalani perawatan medis di RS Fatimah Makale.
Kejadian serupa sebelumnya, Minggu (21/2) lalu tiga orang sekeluarga warga To’ Kaluku Makale, tersengat listrik di Madandan, juga pasang tiang Wifi.
Kapolsek Mengkendek, Iptu Yohanis Mundu yang dikonfirmasi, membenarkan peristiwa tersebut. Dua orang korban meninggal dunia, satunya kritis.Kami sudah olah TKP, singkat Yohanis Mundu.
Terpisah Camat Mengkendek, Sa’pang Sampelino, jelaskan korban tersengat litrik ketiganya bukan warga Toraja.
“Sudah kita hubungi keluarganya untuk dimakamkan di kampung halamannya di Jeneponto,” pungkas Sa’pang Sampelino.
(*)