FEATURE : Kesaksian ‘Kurir’ Prostitusi di Palopo (2), Sebut Nama Sekolah Penyumbang Siswi Terbanyak Jadi Wanita Penghibur

3037
Ilustrasi.
ADVERTISEMENT

LAPORAN : Chaliq Mughni

JARUM jam menujukkan pukul 21.29 Wita. Enam pemuda masih asyik membicarakan seputar bisnis prostitusi yang diketahui Sam. Malam itu, Sam adalah bintangnya.

ADVERTISEMENT

Dia ibarat guru yang mengajarkan ilmu ke murid-muridnya. Lima rekan Sam mendengar dengan khidmat. Syahdunya musik akustik tak mereka hiraukan.

Bagi lima pemuda itu, suara Sam dalam menjelaskan bisnis prostitusi lebih merdu daripada jeritan manja sang biduan yang sesekali mendesah di tengah lagu. Mungkin maksudnya, menarik perhatian enam pemuda di hadapannya. Sayang, sang biduan diabaikan.

ADVERTISEMENT

Sangking antusiasnya, jika Sam malam itu bohong, mereka pasti percaya dengan kebohongannya. Tapi pria berkepala pelontos itu enggan mengibuli lima rekannya.

Pembahasan kali ini, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Palopo itu mencoba menjelaskan alur prostitusi online via Michatt yang dia ketahui.

Sam menjelaskan, prostitusi online tumbuh subur di Kota Palopo. Ibarat, jamur di musim penghujan. Pelaku prostitusi berlimpah di aplikasi itu. Mau model bagaimanapun, semua tersedia.

Pelanggannya pun tak sedikit. Mulai dari yang berkantong tebal, hingga berdompet ceking. Bahkan, di tengah Covid-19, bisnis ini tak sepi. Mereka tak takut jika terinfeksi wabah dari China itu. Lebih takut kelaparan daripada corona.

Sambil menggaruk tangannya yang tidak gatal, Sam mengatakan saat ini, germo juga banyak menggunakan aplikasi itu untuk mencari pria hidung belang. Perbedaan antara wanita pemuas nafsu dengan germo di Michatt tentu ada.

“Jika di chatt, germo memberikan lebih dari satu foto untuk dipilih calon pelanggannya. Tapi jika di chatt, kemudian mengirim satu foto, berarti dia cewek yang jual ‘diri’, tidak pakai germo,” tutur Sam.

Salah seorang rekan Sam iseng bertanya. Entah karena penasaran atau hanya sekadar bercanda. “Pasti pernah ko pakai begituan toh ?”.

Dengan mimik serius, pria yang ditanya membantah. Cowok yang enggan disebut germo itu, bahkan berani bersumpah tidak pernah menggunakan jasa wanita yang sering dia ‘jual’ ke pelanggannya. “Sumpah, tidak pernah,” tegas Sam.

Pembahasan soal jujur tidaknya Sam dalam menjawab terhenti. Lima pemuda tadi enggan memperpanjang. Mereka tak berminat. Rekan Sam lebih tertarik dengan penjelasan Sam tentang prostitusi anak di bawah umur.

Ya, itu sudah jadi rahasia umum. Bukan hal yang tabu lagi untuk dibahas. Pria yang lebih suka disebut ‘kurir’ prostitusi itu mengatakan seringkali dihubungi pelanggan yang mencari jasa anak di bawah umur untuk dipuaskan nafsunya.

Bahkan, ada yang meminta jasa anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tapi, dia menolak secara halus. Dia tak tega jika harus menjual anak yang masih belia ke pria pencari ‘surga dunia’.

Walau begitu, Sam mengaku tahu sekolah dengan jumlah siswi terbanyak yang nyambi jadi wanita penghibur. Para siswa itu ada yang dijual germo, tapi tak sedikit pula yang mandiri, jual diri sendiri.

“Yang paling banyak di SMA (…),” kata Sam singkat.

Suasana hening seketika. Semua tenggelam dengan lamunan masing-masing. Antara percaya dengan tidak nama sekolah yang terucap dari mulut Sam.

Lima pemuda itu mengingat-ingat siapa saja wanita kenalan mereka yang bersekolah di SMA tersebut. Rekan Sam mengambil handphone masing-masing. Kalimat teman nongkrongnya itu masih terngiang di benak mereka.

Sibuk dengan pikiran masing-masing, enam pemuda itu tak menyadari seorang pelayan mendatangi mereka. “Kami sudah close order pak. Bill-nya mau kami bawa kesini ?” kata pelayan wanita itu dengan ramah.

Salah satu dari mereka pun memberi kode ke pelayan untuk segera memberikan bill mereka. Dua lembar uang Rp 100 ribuan ditambah beberapa uang kecil diberikan.

Suasana cafe juga semakin sepi. Hanya terlihat beberapa pelayan membersihkan cafe. Sebagian lagi, mengangkat piring bekas makan pengunjung.

Enam pemuda itu kemudian ke parkiran. Mereka saling berpamitan sebelum kembali ke rumah mereka masing-masing. Dalam perjalanan, kalimat Sam masih saja terngiang. Apa sebab SMA itu jadi penyumbang terbanyak siswi yang nyambi jadi wanita penghibur. (***)

ADVERTISEMENT