Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional, Pengusaha Tambang Asal Luwu Utara ini Kembali Bersuara Nyaring

458
H Arsyad Kasmar, bakal calon Bupati Luwu Utara angkat bicara tentang May Day dan HPN. (Foto: Ist)
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA–Dua hari besar yang cukup penting dan waktunya berdekatan di pekan ini diperingati di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional, masing-masing pada tanggal 1 dan 2 Mei hari ini berlalu begitu saja tanpa kesan, di tengah hiruk pikuk pemberitaan seputar Covid-19 yang masih belum berakhir juga dan terus menjadi pandemi dimana-mana.

Lantas, seberapa pentingkah Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional (HPN) di mata pengusaha sukses asal Luwu Utara, H Arsyad Kasmar?

ADVERTISEMENT

Tokoh pengusaha asal Baebunta itu, lewat sambungan telepon, Sabtu siang (2/5/2020) mengaku jika dirinya tidak secara khusus melakukan perayaan atas dua peringatan itu, tetapi baginya Buruh dan Pendidikan adalah dua “frase” yang mengandung unsur keterkaitan yang sangat kuat, satu sama lain.

“Bagi saya pribadi, Buruh dan Pendidikan itu sangat penting, saling ada keterkaitan erat, itulah mengapa dalam 10 program visi misi kami membangun Luwu Utara itu visi tentang pendidikan dan penciptaan lapangan pekerjaan itu menjadi isu penting,” kata Arsyad.

ADVERTISEMENT

Ia melanjutkan, hal pertama sebelum menjadi “buruh” adalah pendidikan, dengan pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan dengan pendidikan umum maupun khusus selama 3 tahun. Saya soroti metode pendidikan kita selama ini karena saya lihat, anak-anak kita memang disiapkan untuk menjadi “buruh” bukan untuk menjadi “pengusaha” atau enterpreneur, sehingga ketika lulus SMA misalnya, mereka lebih banyak yang menganggur daripada menciptakan lapangan kerja baru.

Yang kedua, lanjut Arsyad, ketika tenaga kerja cukup banyak dan malah menumpuk, lapangan kerjanya yang malah justru kurang, kenapa? ya karena itu tadi, remaja-remaja kita dididik di sekolah hanya untuk cerdas saja bukan untuk mahir dan terampil bekerja, padahal lapangan pekerjaan yang butuh keterampilan jumlahnya jauh lebih banyak daripada lapangan pekerjaan yang butuh kecerdasan, ulas Arsyad.

“Luwu Utara ini sudah 21 tahun, tapi sampai dunia mau kiamat saat ini, belum ada 1 pun industri besar, yang bisa menyedot ribuan tenaga kerja, kita minim soal ini, yang ada malah, tenaga kerja kita di Lutra cari makan keluar ke kampungnya orang, ini persoalan, menurut saya, kita harus bisa ciptakan “kue” di kampung kita sendiri,” urai politisi Gerindra itu panjang lebar.

Arsyad menarik kesimpulan, di ujung perbincangannya dengan Koran Seruya, bahwa Luwu Utara, kata dia, juga butuh Perguruan Tinggi tetapi yang lebih spesifik kepada PT yang ada kaitannya dengan potensi daerah (Lutra) yakni Sumber Daya Alam (SDA) misalnya pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan dan juga pariwisata, sebut Arsyad.

“Yang jelas makna Hari Pendidikan adalah hari yang sangat bersejarah di mana para pejuang pendidik jaman dulu dengan susah payah berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa dan sampai saat ini telah banyak anak bangsa yang sukses di tiap bidang ilmu yang dimilikinya dan harapan ke depan agar para pendidik Luwu Utara harus banyak menggali ilmu untuk dapatkan bahan pengajaran kepada generasi penerus kita, serta Hari Buruh dimana para buruh adalah pejuang, yang berjuang agar dapat memberikan kesejahteraan kepada keluarganya. Agar suatu daerah semakin maju maka harus semakin kuatlah pula tatanan kehidupan ekonominya melalui kesejahteraan para buruh etrsebut,” pungkas Arsyad yang dikenal sebagai pengusaha tambang yang merangkak mulai dari Nol sebelum akhirnya mencapai kesuksesan di Ibukota. (iys)

ADVERTISEMENT