LUWU UTARA — Seko, sebuah kecamatan terpencil berjarak 142 Km dari Masamba, ibukota kabupaten Luwu Utara – saat ini menjadi sorotan dan bahan bincang dimana-mana, apalagi setelah orang nomor satu di Sulsel, Nurdin Abdullah, berniat mengunci tahun 2019 di kawasan terpencil itu.
Menariknya, Seko adalah kecamatan terluas, yakni 2.109,19 km², namun, daerah penghasil coklat dan kopi serta hasil-hasil perkebunan lainnya itu sangat terisolasi, mengingat medan menuju daerah ini dikenal sangat ekstrim dan penuh tantangan.
Topografinya yang berada di kawasan perbukitan dan pegunungan, membuat Seko menjadi wilayah yang begitu sangat menantang untuk dijajal oleh para petualang. Selain sekadar melihat keindahan alamnya juga untuk melihat keunikan adat istiadat budaya setempat.
Seko berada pada ketinggian 1200 hingga 1800 meter di atas permukaan laut dan dihuni sekitar 14 ribu jiwa yang tersebar di 12 desa. Untuk mencapai Kota Masamba, warga Seko tak punya alternatif selain melewati medan jalan tanah yang becek, dan memakan waktu dua atau tiga hari.
Dulu, ojek termahal ada di daerah ini. Bayangkan, untuk satu kali angkut, para pengojek menyediakan tarif yang bervariasi, antara Rp1 juta hingga 1,5 juta. Pengojek ini biasanya mangkal di pertigaan jalan di depan pasar Sabbang (tugu durian).
Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten, kini tengah menggenjot pembangungan infrastruktur jalan dalam membuka isolasi daerah itu. Sinergi dan kolaborasi tiga level pemerintahan membuahkan hasil yang menggembirakan. Akses jalan kini telah terbuka, dan dalam progress pengaspalan menuju Seko. Bagi warga Rongkong dan Seko, ini tentu sebuah berita yang menggembirakan.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, dalam sebuah kesempatan berharap ada perubahan besar di Kecamatan Seko. Perubahan itu, kata dia, tidak sekadar perubahan pembangunan infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga perubahan peradaban di dataran tinggi itu.
“Kita tentu berharap, ada perubahan mendasar di Seko, kita mulai dari pembukaan akses transportasi berupa jalan yang membuka Seko dari keterisolasian, dengan begitu akan ada perubahan peradaban ke arah yang lebih baik di sana,” kata Indah Putri Indriani. Dengan begitu, lanjut dia, maka masyarakat Seko akan lebih mudah dan leluasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat di wilayah lainnya.
Senada, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, menyebutkan bahwa Seko adalah sebuah daerah yang sangat potensial di sektor pertanian, peternakan dan pariwisata, sehingga pembukaan akses jalan menuju Kecamatan Seko menjadi prioritas utama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Utara.
“Jalan ke Kecamatan Seko kini sudah mulai terakses, dan insya Allah tahun depan kita akan berkolaborasi lagi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Lutra. Semoga 2021 sudah terakses seluruhnya, termasuk akses dari Seko ke Sigi (Sulteng) dan Seko ke Mamuju (Sulbar), dengan begitu, akan ada perubahan terutama dari sektor ekonomi masyarakat di ketiga daerah ini, karena menjadi daerah ‘Segitiga Emas’ di kawasan utara Sulawesi Selatan,” papar Prof Andalan, sebutan khas mantan bupati Bantaeng itu.
Untuk itu, gubernur Sulsel yang membuka kantornya di kota Palopo tersebut ingin memastikan jika pelaksanaan pembangunan jalan di Seko berjalan lancar. Caranya, Nurdin Abdullah berniat menghabiskan malam tahun barunya di Seko bersama orang nomor satu di Luwu Utara, Indah Putri Indriani.
“Jadi, saya kira kunjungan ke Seko nanti, selain menggali potensi daerah juga bermakna untuk menyatakan bahwa keterisolasian Seko kita akhiri pada tanggal 31 Desember, Masyarakat Seko adalah bagian dari masyarakat Sulawesi Selatan yang juga berhak mendapatkan pelayanan secara adil dan merata,” tandas gubernur.
Diketahui, dasar konstruksi jalan ke Seko sudah dikerjakan sepanjang 80 Km. Saat ini proses pengerasan jalan sudah dilakukan sementara pengaspalan dilakukan bertahap hingga 2020 mendatang. Dari total 120 Km, Pemprov sudah membangun 80 Km di tahun 2019. Hal yang tentunya patut diapresiasi, karena sebelumnya, sudah berpuluh-puluh tahun dikerja, tapi baru sepanjang 40 km. Dan di era Nurdin Abdullah, hanya satu tahun, langsung diselesaikan sepanjang 80 Km. Luar biasa! (Iys)