MALILI–Tim Basarnas dan relawan terus melakukan pencarian dua korban yang hilang di Danau Towuti, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (11/6/2021). Hingga hari ke-6 pencarian, korban hilang Islahuddin (65) dan Ishar (35) warga Desa Loeha, Kecamatan Towuti, belum juga ditemukan.
Tim Basarnas dan relawan masih akan melakukan pencarian terhadap kedua korban, yakni bapak dan anak. Sesuai ketentuan, tanggap darurat pertama berlaku 7 hari.
Keluarga kedua korban sangat berharap, Islahuddin dan puteranya, Ishar bisa ditemukan. Kedua korban hilang sejak Minggu, 6 Juni lalu. Kedua korban tenggelam dan hilang di perairan danau Towuti usai pulang dari Desa Tole melayat di rumah keluarganya. Korban menaiki perahu jenis bala-bala dari sungai Desa Tole mengitari perairan Danau Towuti menuju kampungnya, di Desa Loeha.
Haerunnisa Ica, 15 tahun, anak Ishar yang selamat dalam insiden itu, sangat berharap, bapak dan kakeknya bisa ditemukan dalam keadaan selamat. Sejak insiden yang menyebabkan dua orang terkasihnya hilang, Ica tak henti-hentinya berdoa agar kedua korban ditemukan.
Apalagi, saat insiden tersebut terjadi, Ica menyaksikan tubuh bapak dan kakeknya hilang tenggelam di perairan Danau Towuti. “Saya bertiga bapak dan kakek menaiki perahu dari Desa Tole. Saat itu, suasananya mulai gelap karena menjelang magrib,” cerita Ica.
Saat magrib, kisah Ica, Islahuddin dan Ishar menepikan perahu masih di wilayah Desa Tole untuk salat magrib. Selepas salat magrib, mereka melanjutkan perjalanan. Nah, beberapa menit berada diatas perahu, tiba-tiba datang ombak menyapu perahu hingga terbalik.
Baik Ica dan kedua korban sama-sama berusaha menyelamatkan diri setelah perahu bala-bala yang ditumpangi terbalik. Tidak ada pelampung sama sekali untuk dipakai menyelamatkan diri. “Saya terapung memegang tas kecil, sedangkan bapak dan kakek memegang ujung perahu. Suasana saat itu gelap karena sudah malam,” kata Ica.
Di tengah terapung, ketiga korban berharap ada warga yang menolong. Namun tidak ada perahu melintas di sekitar lokasi kejadian. “Bapak memberi saya senter korek api. Pesan bapak, nyalakan senter korek itu kalau ada perahu melintas supaya bisa ditolong,” ujar Ica, seraya mengatakan, senter korek tersebut diambil dari tangan bapaknya yang tetap bertahan memegang ujung perahu yang terbalik, hampir tengelam.
Kondisi terus memburuk karena tidak ada satu perahu atau warga melintas. Saat itu, ombak terus menghantam perahu yang terbalik, termasuk ketiga korban. “Saya melihat bapak dan kakek mulai kelelahan berpegang di ujung perahu yang mulai tenggelam dihantam ombak. Dan beberapa saat kemudian, saat perahu benar-benar tenggelam, Ica tidak lagi melihat bapak dan kakeknya. Kedua orang disayanginya hilang tersapu ombak bersamaan perahu bala-bala tenggelam.
Dalam kondisi yang mulai kelelahan, di tengah danau yang gelap disertai ombak yang kian deras, Ica melihat sebuah perahu melintas tak jauh dari tempatnya. Segera dia menyalakan senter korek yang diberikan bapaknya.
“Perahu yang melintas itu adalah perahu keluarga yang juga pulang melayat dari Desa Tole. Saya diselamatkan setelah melihat senter korek yang saya nyalakan,” kisah Ica, terisak.
Setelah diselamatkan, Ica bersama keluarganya berusaha mencari Islahuddin dan Ishar, di sekitar tenggelamnya perahu. Namun karena kondisi gelap dan ombak tinggi, upaya pencarian tidak membuahkan hasil. Perahu kemudian menepi ke Danau Towuti.
Bupati Luwu Timur, Budiman menaruh perhatian serius atas musibah yang dialami dua warganya. Pada pencarian hari ketiga, Budiman ikut mencari kedua korban. Dia bersama tim Basarnas menggunakan perahu karet menyisir Danau Towuti. (***)