OPINI : Ramadan Tanpa H

172
Lukman Hammarong. (ist)
ADVERTISEMENT

Ramadan Tanpa H
(Lukman Hamarong)

Ramadhan dengan H atau Ramadan tanpa H? Dua opsi ini kalau kita voting, pilihan terbanyak pasti jatuh pada kata yang pertama, Ramadhan dengan H. Selain karena kata “Ramadhan” adalah kata penyerapan dari bahasa Arab, penggunaan kata ini sudah jamak digunakan dan lebih populer pastinya. Namun kita lupa, kita adalah orang Indonesia, dan punya bahasa nasional sendiri. Untuk itu, sebagai warga negara yang baik, wajib bagi kita untuk melestarikan bahasa tulis berdasarkan “kitab suci” bahasa Indonesia, yaitu KBBI, TBBI dan PUEBI.

ADVERTISEMENT

Nah, bagaimana penulisan sebenarnya? Merujuk pada KBBI sebagai acuan dasar kita dalam menulis, maka yang benar adalah Ramadan, bukan Ramadhan. Kalau pun kemudian ada yang mengatakan bahwa kata “Ramadan” dalam bahasa Arab itu berarti “sakit mata”, sehingga merusak makna Ramadhan sesungguhnya, maka sesungguhnya mereka lupa bahwa Ramadan yang dimaksud bukan Ramadan versi Arab, melainkan Ramadan versi Indonesia yang bermakna bulan ke-9 tahun hijriah.

Penerimaan kata “Ramadan” dalam KBBI tentu tidak serta merta terjadi. KBBI, TBBI dan PUEBI telah disusun sebagai dasar kita dalam menerjemahkan bahasa tulis dan bahasa tutur di negara tercinta ini. Kalau kita cinta Indonesia, maka kita juga harus mencintai budayanya, termasuk bahasanya. Ketika kata “Ramadan” ada di dalam KBBI, maka kenapa variasi “Ramadhan” itu harus muncul? Jawabannya, selain karena lebih populer, juga karena Ramadhan adalah translate dari bahasa Arab itu sendiri.

ADVERTISEMENT

Menteri Agama serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987 tentang Pedoman Transliterasi Bahasa Arab-Latin sebagai pedoman kita untuk menyepakati penulisan yang tepat dari bahasa Arab. Di mana dalam SKB ini telah ditentukan aturan penulisan kata serapan yang diambil dari bahasa Arab. Dalam aturan ini, penyederhanaan alih aksara terjadi, misalnya aksara sh/? dan ts/? menjadi s, aksara dz/z menjadi z, aksara zh/? menjadi z, dan aksara dh/d menjadi d.

Masih ingat tulisan saya tentang peluluhan morfofonemik dan Rumus “KTSP” yang pernah saya tulis sebelumnya? Nah, transliterasi dan penyerapan bahasa Arab juga berlaku peluluhan morfofonemik. Ini bukan menggurui, hanya sekadar berbagi sedikit yang saya ketahui. Silakan menggunakan kata “Ramadhan” sepanjang itu dalam ranah agama. Meski demikian, akan menjadi soal jika itu terkait dengan ketaatan kita dalam menulis berdasarkan KBBI yang secara resmi telah menyerap kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.

Pengetahuan ini juga adalah atas upaya saya dalam mencari tahu tentang bahasa Indonesia, karena rasa cinta saya terhadap bahasa Indonesia. Mencintai Indonesia, tidak cukup dengan tindakan, tetapi juga melestarikan bahasanya. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Selama berpuasa dan salam Ramadan. Semoga Allah Swt menjadikan setiap pengetahuan yang kita miliki dapat memberi inspirasi kepada yang lain, karena orang yang baik adalah orang yang bisa bermanfaat bagi orang. Satu lagi, kabarkanlah kebaikan, bukan kejelekan. (LH)

ADVERTISEMENT