KORANSERUYA.COM–Kemeneterian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta seluruh pemerintah daerah mulai provinsi hingga kabupaten/kota di Indonesia, termasuk para fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan, untuk mewaspadai kasus hepatitis akut misterius, yang kini mulai terjadi di berbagai belahan dunia.
Permintaan itu disampaikan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes, melalui Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya. SE tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal (Dirjen) P2P, Maxi Rein Rondonuwu pada 27 April 2022 lalu.
“Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya,” demikian disebutkan Maxi Rein Rondonuwu, seperti dirilis Setkab.go.id.
Kemenkes juga meminta pihak terkait, untuk untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom penyakit kuning akut, di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Kemenkes juga meminta pihak terkait, agar memberikan informasi kepada masyarakat, agar segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat, apabila mengalami sindrom penyakit kuning. Selain itu juga membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans, dengan lintas program dan lintas sektor.
Bagi Dinas Kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit, juga diminta segera memberikan notifikasi/laporan, apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice (kekuningan) akut, maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC), melalui Telepon/WhatsApp 0877-7759-1097 atau surat elektroknik poskoklb@yahoo.com.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta Kementerian Kesehatan melakukan penyisiran secara masif terhadap kasus dugaan hepatitis akut. Tujuannya agar kasus hepatitis akut ini bisa terdeteksi lebih dini dan tidak menyebar lebih luas di masyarakat.
Muhadjir menyampaikan hal ini saat Konferensi Pers Kementerian Kesehatan secara daring pada Kamis (5/5/2022).
“Saya rasa tidak ada jeleknya apabila kita tidak perlu menunggu, tapi menyisir (dengan skala) lebih besar di daerah-daerah agar hepatitis akut ini tidak menyebar, kalau sudah menyebar pun bisa diatasi lebih dini,” kata Muhadjir.
Sementara Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi membenarkan bahwa saat ini laporan suspect atau terduga kasus hepatitis akut alias misterius ini terus bertambah. Hal ini terjadi setelah Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran kepada kantor dinas di seluruh kabupaten dan kota agar meningkatkan kewaspadaan dan melaporkan semua kasus sindrom penyakit kuning.
“Ada penambahan kasus baru, tapi belum terkonfirmasi (hepatitis akut) karena masih ada proses pemeriksaan genome untuk memastikan bukan kasus hepatitis A, B, C D maupun E,” katanya.
Hanya saja Nadia tidak memberikan perincian penambahan laporan dugaan kasus baru ini, maupun memperinci berasal dari wilayah atau provinsi mana saja. Hanifah Oswari, Guru Besar Gastro Hepatologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta menambahkan, sebenarnya sudah banyak kasus dugaan hepatitis akut berat yang belum diketahui secara pasti apa penyebabnya.
Hanya pada beberapa waktu terakhir ini yang menjadi pemantauan adalah kasus yang datangnya bersamaan dan berlangsung cepat. Beberapa gejala awal dalam laporan kasus hepatitis akut berat yang menyerang anak berumur di bawah 16 tahun dan khususnya di bawah 10 tahun adalah gejala gastro diare, muntah-muntah, sakit perut, dan demam ringan. Berikutnya akan menunjukkan gejala hepatitis, dan mengeluarkan buang air kecil berwarna cokelat seperti teh, dan buang air besar berwarna kuning.
Selanjutnya saat dilakukan tes darah untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal akan menunjukkan angka serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) di atas 500 per mili liter. Pada kondisi ini, pasien berisiko mengalami pembekuan darah, dan terjadi penurunan kesadaran yang bisa berlanjut pada risiko kematian, apabila tidak dilakukan transplantasi hati dengan cepat.
Diketahui, penyakit hepatitis akut yang misterius kini sudah menyebar di berbagai negara pada kawasan Asia dan Amerika. Penyakit peradangan hati ini pertama kali muncul di Jepang pada 21 April lalu.
Awalnya, penyakit hepatitis misterius ini diketahui pada diri seorang anak yang dites negatif untuk adenovirus dan Covid-19. Kementerian kesehatan Jepang mengatakan pasien tersebut belum menjalani transplantasi hati, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Sabtu (30/4/2022) lalu.
Hingga beberapa hari lalu, dilaporkan kasus ini sudah menyerang 190 orang. Sebagian besar di antaranya, 140 anak, berada di Eropa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan setidaknya satu kematian telah dilaporkan sehubungan dengan wabah tersebut, tanpa mengatakan lokasi negaranya. Badan kesehatan PBB mengatakan kasus terjadi pada anak-anak berusia antara 1 bulan hingga 16 tahun.
Hepatitis biasanya disebabkan oleh salah satu dari beberapa virus hepatitis menular, tetapi ini belum ditemukan pada anak-anak yang terkena. Penyakit kuning, diare, dan sakit perut adalah beberapa gejala yang dilaporkan.
Lantas, apakah penyakit ini sudah masuk ke Indonesia? Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut belum ada laporan terkait penyakit hepatitis misterius itu.
“Belum ada laporan hepatitis misterius di Indonesia,” kata Siti Nadia dikutip dari detikcom.
Nadia mengimbau masyarakat terus waspada, terutama apabila mengalami gejala penyakit kuning dalam jangka panjang. Penderita hepatitis misterius biasanya mengalami gejala seperti berikut:
– Urine dengan warna kecoklatan seperti air teh
– Nyeri atau rasa sakit tidak nyaman di perut
– Demam
– Mual dan muntah
– Masalah perut
– Warna feses yang terang. (hwn)