WAJO- Konsultan Pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI) Muh Arif Saleh, memutuskan “pulang kampung”. Eks Redaktur Politik Koran SINDO ini maju sebagai bakal caleg DPRD Wajo di Pemilu 2019.
Arif Saleh yang di Pilgub Sulsel 2018 dipercaya menangani tim media Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka), maju melalui Partai Nasdem di Daerah Pemilihan (Dapil) I (Kecamatan Tempe).
Eks Juru Bicara Andi Idris Syukur-Suardi Saleh di Pilkada Barru 2015, ikut didaftarkan bersama 39 Bacaleg Partai Nasdem yang tersebar di lima Dapil, Selasa (17/7/2018).
Keputusan Arif maju menjadi caleg tergolong mengejutkan. Pasalnya, selama tiga tahun terakhir, alumni Pondok Pesantren As’adiyah itu berkiprah di Jakarta sebagai Supervisor Pemenangan JSI, pasca-memutuskan berhenti sebagai jurnalis.
“Iye, itu benar nama saya. Saya Bismillah pulang kampung untuk maju menjadi caleg DPRD Wajo,” kata Arif Saleh saat dikonfirmasi wartawan mengenai namanya yang terdaftar di bacaleg Nasdem, Kamis 19 Juli.
Ditanya alasannya maju, Arif yang semenjak bergabung di JSI punya pengalaman pendampingan pilkada di sejumlah daerah di Indonesia, mengaku semata-mata panggilan nurani sebagai putra Wajo.
Baginya, momentum Pemilu 2019 merupakan waktu yang tepat untuk pulang mengabdi, terutama memperjuangkan aspirasi rakyat melalui kursi legislatif. Ia memilih meninggalkan “zona nyaman” demi kemajuan kampung halamannya.
“Ini waktunya bagi saya pulang mengabdi setelah puluhan tahun merantau dan bergelut di luar Wajo,” tambah Arif Saleh yang di Pilgub DKI Jakarta, juga terlibat sebagai supervisor pemenangan salah satu pasangan.
Selain alasan itu, JSI yang menjadi konsultan pemenangan dan lembaga survei yang digunakan PAMMASE di Pilkada Wajo 2018, juga punya tanggung jawab moral, terutama bagi dirinya sebagai putra Wajo untuk ikut mengawal, sekaligus mengawasi berbagai janji-janji politik pasangan bupati dan wakil bupati terpilih tersebut.
Ditambah lagi, lanjut dia, Partai Nasdem yang ditempatinya bergabung adalah salah satu parpol pengusung pasangan perpaduan politisi/akademisi dan pengusaha tersebut.
Soal pilihannya di Dapil I yang disebut sebagai “Dapil Neraka”, Arif justru tidak melihatnya seperti ini. Alasannya, semua wilayah, termasuk Kecamatan Tempe pasti diisi oleh putra-putri terbaik Wajo. Sehingga baginya, semua yang maju dipersepsikan sebagai kawan berdemokrasi.
“Saya tidak menganggap mereka adalah lawan. Justru ini harus kita sambut positif. Mereka tentu adalah putra putri terbaik Wajo yang akan mewakafkan dirinya menjadi wakil rakyat. Dan ini kesempatan, bagaimana rakyat menyeleksi para calon legislatif. Tentu saja pendekatannya adalah tawaran ide dan gagasan dari masing-masing caleg, serta parpol,” urai alumni UIN Alauddin Makassar ini.
Arif berkomitmen sekaligus mengajak para caleg, agar bersama menjadikan Pemilu 2019 jauh lebih berkualitas, serta jauh dari prilaku yang tidak mendidik. Seperti menghalalkan segala cara untuk berbuat curang, dan melakukan politik uang.(adn)