Luwu Utara — Heboh dengan bahan pangan yang sudah tidak layak komsumsi untuk penerima Kartu Sembako Murah, Kepala Dinas Sosial Luwu Utara, Besse Andi Pabeangi memberikan klarifikasinya.
Dihubungi awak media, Kadis Sosial seusai melakukan pengecekan ulang bahan makanan Jumat pagi (29/05), mengakui jika ikan kering tersebut memang sudah tidak layak dikonsumsi.
Namun menurutnya saat barang tersebut tiba dari supplier beberapa waktu lalu, kondisinya masih bagus dan layak.
“Saat bahan pangan tersebut tiba, didampingi oleh pihak berwenang, kami mengecek langsung kondisinya dan masih layak konsumsi saat itu,” ujar Besse A. Pabeangi.
Namun, lanjut Kadinsos, setelah didrop ke warung yang akan menyalurkan, kondisi ikan kering tersebut berubah dan berjamur.
“Mungkin karena pengap di dalam karung dan durasi waktu yang agak lama,” tambahnya.
Sebagai penanggungjawab kegiatan ini, Kadis Sosial Luwu Utara ini mengatakan bahwa pihaknya sudah mewanti-wanti kepada para penyalur agar tidak menyerahkan kepada warga bahan pangan jika kondisinya rusak dan seharusnya digantikan.
Tentang jumlah beras pada pembagian tahap pertama, Kadis Sosial yakin jika yang diberikan kepada penerima adalah sebanyak 12 kilogram bukan 10 kilogram.
“Saya juga berterima kasih kepada pihak media yang turut mengontrol kegiatan ini, dan para penerima agar tidak sungkan menyampaikan jika ada keluhannya,” kuncinya.
Sebelumnya diberitakan sejumlah warga di desa Buntu Torpedo, kecamatan Sabbang mengeluhkan bantuan Kartu Sembako Murah yang mereka terima jelang Idul Fitri beberapa waktu lalu. Dari paket tersebut terdapat bahan pangan yang sudah tidak layak komsumsi.
Suryana (50) salah seorang IRT yang menerima bantuan tersebut menyayangkan bahan makanan yang diterimanya. “Kami takut makan ini (ikan kering) karena sudah berbau dan berjamur,” ujar Suryana, Kamis (28/05) kemarin.
Janda 4 anak itu mengatakan bahwa bantuan yang ia terima jelang Idul Fitri itu berupa beras 10 kilogram, Sarden 155 gram sebanyak 2 kaleng, Telur 20 butir dan ikan kering setengah kantong plastik ukuran kecil. “Telur juga sudah banyak yang retak, tapi masih bisa kami konsumsi. Kami tetap bersyukur tapi harapannya berikutnya kami bisa menerima pangan yang layak,” imbuhnya.
Bantuan tersebut nilainya ditaksir tak lebih dari 160 ribu rupiah. Padahal harusnya paketnya senilai 200 ribu rupiah sesuai ketetapan pemerintah. (bayu)