Dialog Bulanan, Ini Cara Camat Wara Timur Genjot Minat Baca Warganya

286
ADVERTISEMENT

PALOPO — Diterjang serbuan teknologi digital, membuat minat baca masyarakat langsung tergerus dan anjlok. Tantangan ini coba didiskusikan oleh Pemerintah Kecamatan Wara Timur dalam Dialog Bulanan bertajuk “Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Minat Baca di Kota Palopo” digelar Ahad, 20 Oktober 2019, di Warkop DLinoe di kawasan Jalan Mungkasa, Palopo.

Camat Wara Timur, Arham S.STP yang hadir sebagai pembicara dalam dialog yang dipandu Isnul Ar Ridha itu, serta para pegiat literasi, seperti Asran Salam, Ruben Lewi L Dero, Haeril Al Farji, mencoba merumuskan solusi atas masalah tersebut.

ADVERTISEMENT

Arham S.STP, dalam pemaparannya, menyampaikan komitmennya dalam hal peningkatan minat baca. Salah satu yang ia gagas adalah bagaimana mewujudkan perpustakaan mini di kantor kecamatan serta ruang-ruang publik. Perpustakaan mini ini, kata dia, akan diaplikasikan ke kantor-kantor kelurahan yang ada di Wara Timur.

“Harapan kami, kalau masyarakat datang ke kantor kelurahan mengurus sesuatu, sambil menunggu mereka bisa membaca buku yang kami sudah siapkan,” kata mantan Camat Wara ini.

ADVERTISEMENT

Pembicara lain, Ruben Lewi L Dero menyampaikan, bahwa akar dari konflik yang terjadi adalah kurangnya ide dan wawasan. Salah satu cara guna memperbanyak ide adalah dengan memperbanyak membaca buku.

“Dengan membaca, akan memengaruhi banyak hal. Termasuk meningkatkan kesejahteraan dari buku bermutu yang dibaca masyarakat,” ulasnya.

Sedangkan pembicara lainnya, Asran Salam, mengeritik distribusi buku yang tidak baik. Menurutnya perpustakaan daerah yang ada saat ini, harus berani merevolusi diri.

“Ngapain Perpustakaan daerah menumpuk buku. Harus merevolusi diri. Seperti harus berani membuat perpustakaan mini di lorong-lorong. Lalu mendistribusikan buku-buku yang layak dibaca,” sarannya.

Haeril Al Fajri yang dikenal sebagai penulis buku dan juga motivator muda lebih banyak mendorong semangat kaum muda untuk mau berani menulis apa saja yang bisa menjadi pencerahan bagi orang lain, atas pengalaman maupun hal lain yang dianggap bisa menimbulkan semangat membangun daerahnya masing-masing.

“Menulis itu sebenarnya gampang yang penting kita mau (berniat) menulis dan selalu berusaha memanfaatkan  waktu, karena dari pengalaman akan lahir inspirasi yang tentu akan berguna bagi orang lain” kuncinya.

Dialog ini dihadiri selain mahasiswa dan pemerhati literasi, juga tampak sejumlah awak media dan birokrat yang peduli pada masalah-masalah sosial. (Iys)

ADVERTISEMENT