Jadi Khatib Salat Id di Luwu Utara, Ustadz Aziz Qahhar; Hidup adalah Pertarungan

528
Ustadz Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar saat memberikan khutbah salat ied di Masamba, Luwu Utara.
ADVERTISEMENT

Masamba — Ustadz Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar mendapat kehormatan menjadi Khatib Salat Id di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Jumat (15/6), di Runaway Bandara Andi Djemma Masamba. Kehadiran putra tokoh kharismatik Tana Luwu, Kahar Mudzakkar, ini menyedot perhatian jamaah salat id yang pagi itu memadati lokasi pelaksanaan salat id.

Ustadz Aziz, demikian ia akrab disapa, dalam khutbah idulfitri-nya mengatakan bahwa pada hakikatnya kehidupan manusia di dunia adalah pertarungan antara haq dan yang batil, baik dalam skala pribadi maupun dalam skala sosial atau kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

ADVERTISEMENT

“Kualitas manusia secara individual, terutama dalam konteks keimanan, terletak pada sejauhmana ia memenangkan pertarungan tersebut. Dalam diri manusia terjadi pertarungan sepanjang waktu antara iman dan hawa nafsu. Sungguh dapat kita bayangkan, betapa beratnya istiqomah di jalan keimanan,” ujar Aziz.

Dorongan hawa nafsu, kata Aziz, menjadi naluri manusia untuk cinta pada kenikmatan dunia. “Fasilitas dunia adalah kenikmatan bagi hawa nafsu. Islam tidak melarang itu. Islam hanya mengatur rambu-rambu agar manusia tidak larut dalam memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada kerusakan di dunia dan kecelakaan di akhirat,” terang Aziz.

ADVERTISEMENT

Lebih jauh Aziz mengatakan, hal mendasar dalam menyikapi kesenangan dunia adalah dengan memperhatikan rambu-rambu halal dan rambu-rambu haram, serta tidak berlebihan dalam menikmatinya. “Sesuatu yang halal itulah yang sesuai fitrah kehidupan manusia, sementara yang haram bertentangan dengan fitrah manusia,” tegas Aziz.

Sebelumnya, Bupati Indah Putri Indriani, dalam sambutan idulfitrinya menitip beberapa pesan penting. Salah satunya bagaimana membudayakan sifat kegotongroyongan di antara sesama manusia. “Mari kita budayakan gotong royong. Ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” ujar Indah.

“Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, sehingga terwujud keharmonisan dan persaudaraan yang bernuansa kearifan lokal serta senantiasa mendapatkan kasih sayang dan maghfirah dari Allah Swt,” pungkas Indah. (man)

ADVERTISEMENT