PALOPO — Pasca ditutupnya Jembatan Miring, warga yang ingin menyeberang menggunakan perahu karet dari Palopo ke Walenrang-Lamasi (Walmas) Kabupaten Luwu atau sebaliknya membludak, Kamis (18/11/2021).
Tingginya intensitas warga yang ingin menyeberang membuat BPBD Palopo dibantu relawan Luwu Raya sedikit kewalahan. Hal itu disebabkan, lantaran perahu yang digunakan hanya satu, sementara warga yang ingin menyeberang sangat banyak.
Ketua Relawan Palopo, Haris Abdullah membenarkan hal tersebut. “Bila dipersentasekan, jumlah warga yang melintas sebesar 200 persen jika dibandingan sebelum jembetan miring ditutup,” jelas Egy, sapaan akrab Haris Abdullah.
Untuk itu, dirinya berharap BPBD Luwu juga bersedia menyumbangkan perahu karetnya untuk digunakan warga yang ingin menyeberangi dua wilayah tersebut.
“Perahu karet cuma satu dari BPBD Palopo. Kami harap, Pemerintah Kabupaten Luwu juga bersedia menyediakan perahu karet untuk digunakan warga untuk menyeberang. Sebab, warga yang menyeberang ini bukan hanya dari Palopo saja, dari Walmas Luwu juga ada,” tuturnya.
Dengan adanya dua perahu karet ini, dapat mempermudah kerja relawan dan BPBD Palopo dalam membantu warga menyeberang. “Beban kerja perlatan kami juga lebih ringan. Sudah ada tali kami yang putus akibat beban kerja yang berat,” urainya.
Dalam menyeberangkan warga, relawan dan BPBD Palopo mengutamakan, warga yang sakit, lansia, anak sekolah, ibu hamil, serta ibu yang bersama anak kecilnya.
Diketahui, Jembatan Miring sedang didongkrak pekerja. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan jembatan pasca dihantam banjir bandang beberapa waktu lalu. Dengan didongkraknya Jembatan Miring, akses warga untuk melintas ditutup sementara. Warga pun beralih ke perahu karet yang disediakan BPBD Palopo untuk menyeberang.
Sulitnya beban kerja ditambah cuaca yang kadang tidak bersahabat menjadi alasan pendongkrakan jembatan yang jadi batas Palopo dengan Walmas itu memakan waktu lama. (hwn/liq)