JIMM Deklarasi di Palopo

980
Deklarasi sekaligus diskusi JIMM Palopo di warkop Bulawan.
ADVERTISEMENT

PALOPO — Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) Kota Palopo resmi dideklarasikan pada Selasa (11/9/2018) malam, di Kedai Kopi Bulawan, Palopo. Deklarasi komunitas non-struktural Muhammadiyah ini dibingkai dalam dalam bentuk diskusi bertema “Masa Depan Islam Progresif”.

Sejumlah komunitas dan organisasi kepemudaan di Kota Palopo hadir dalam diskusi tersebut, diantaranya Angkatan Muda Muhammadiyah, Gusdurian, Komunitas Simpul Peradaban, HMI, dan PMII.

ADVERTISEMENT

Koordinator JIMM Palopo, Asran Salam pada kesempatan itu menjelaskan, inspirasi pergerakan JIMM adalah teologi Al-Ma’un dimana KH. Ahmad Dahlan adalah penggagas awalnya. “Teologi Al-Ma’un yang berintikan soal kepedulian dan tanggung jawab keterlibatan dalam perubahan dan pemberdayaan sosial, mampu menjadi basis nilai umat Islam Indonesia dalam memberikan sumbangsihnya bagi bangsa dan kemanusiaan.” kata Asran.

Asran juga merencanakan, JIMM Palopo akan mengintensifkan kajian dan diskusi publik seputar teman keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan, serta terus menjalin kerja sama dengan segala elemen pergerakan di Kota Palopo. “Walaupun JIMM secara struktural tidak terkait dengan Muhammadiyah, tapi kami adalah anak ideologis Muhammadiyah, “ ungkap Asran.

ADVERTISEMENT

Koordinantor JIMM Makassar, Asratillah yang didaulat sebagai salah pembicara dalam diskusi ini mengatakan, ruang publik saat ini butuh asupan wacana intelektual, di tengah sumpeknya ruang publik dengan wacana politik praktis.

Ia menjelaskan, Islam Progresif sebagai hal yang diusung JIMM memiliki tiga agenda utama. Pertama, merevitalisasi tradisi intelektual Islam yang begitu kaya. Kedua, melakukan analisis sekaligus kritik terhadap situasi ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan kontemporer.

“Ketiga, yaitu terlibat aktif dalam setiap agenda-agenda transformasi sosial. Ketiga agenda tersebut secara metodologis akan diperkuat dengan penggunaan hermeneutika, teori sosial kritis dan teori gerakan sosial baru sebagai perangkat analisis.” kata Asratillah. (apl/asm)

ADVERTISEMENT