Palopo Layak Jadi Kota Wisata Kesehatan, Ketua IDI Palopo Beberkan Alasannya

294
IKATAN Dokter Indonesia (IDI) Kota Palopo kini memiliki nakhoda baru. Dalam agenda Musyawarah Cabang (Muscab) IDI Palopo yang dilaksanakan di Aula Pertemuan Mega Plaza, Minggu (22/5/2022), dr Abdul Syukur Kuddus terpilh secara aklamasi sebagai Ketua IDI Kota Palopo periode 2022/2025.
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA.COM–Dibandingkan daerah lainnya di wilayah utara Sulsel, Kota Palopo memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang lengkap dan SDM yang handal. Karena itu, kota bermotto ‘Idaman’ ini sangat layak menjadi kota tujuan wisata kesehatan dengan target medical tourism.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Palopo, dr Abdul Syukur Kuddus, menyampaikan hal tersebut, menanggapi rencana Walikota Palopo, HM Judas Amir menjadikan Palopo jadi kota wisata kesehatan di Sulsel. Untuk rencana tersebut, Judas Amir telah mengadakan pertemuan dengan Ketua IDI, Kadis Kesehatan Palopo, Taufiq, pengelola rumah sakit di Palopo, kepala puskesmas se Kota Palopo, dan stakeholder kesehatan lainnya, Selasa lalu, 31 Mei di SaokotaE, rumah jabatan Walikota Palopo.

ADVERTISEMENT

Dokter Syukur sangat mengapresiasi rencana Walikota Judas menjadikan Palopo sebagai kota wisata kesehatan di jasirah utara Sulsel. Apalagi, kata dia, Palopo memenuhi syarat dan sangat layak dijadikan sebagai kota wisata kesehatan.

“Jika dibandingkan daerah lainnya di wilayah utara Sulsel, Kota Palopo telah memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang lengkap, dan SDM yang handal, terutama untuk layanan medis spesialistik,” kata dr Syukur kepada KORAN SERUYA, malam tadi.

ADVERTISEMENT

Dia merincikan, berbagai fasilitas kesehatan yang ada di Palopo, diantaranya 7 rumah sakit baik milik pemerintah dan swasta, dimana rumah sakit tersebut dilengkapi berbagai peralatan medis modern dan canggih, ada 12 puskesmas, dan termasuk pustu tersebar di berbagai kelurahan di Kota Palopo. Tak hanya itu, Kota Palopo telah memiliki puskesmas wisata di wilayah Telluwanua, yang berada di sekitar kawasan wisata Sumarambu.

“Bapak Walikota Palopo sebenarnya jauh-jauh sudah mempersiapkan Palopo jadi kota wisata kesehatan, salah satunya dengan mendirikan Puskesmas Wisata di wilayah Sumarambu, tak jauh dari obyek wisata di wilayah setempat. Hadirnya Puskesmas Wisata ini menunjukkan salah satu indikasi Palopo jauh-jauh hari sudah siap jadi kota wisata kesehatan,” kata dr Syukur.

Dokter Syukur yang juga Ketua Askot PSSI Kota Palopo ini mengatakan, Kota Palopo memiliki banyak dokter spesialis, yakni jumlahnya 48 orang, sehingga SDM yang tersedia tersebut dapat memberikan layanan medis secara spesialistik. “Daerah lainnya di wilayah utara Sulsel, boleh dibilang kurang memiliki dokter spesialis, sehingga Palopo menjadi tujuan warga dari luar daerah untuk datang berobat ke Kota Palopo.

Misalnya, Kota Palopo memiliki dokter spesialis jantung, dokter spesialis bedah syaraf, dan lain-lain. “Daerah sekitar Kota Palopo di wilayah utara Sulsel belum memiliki dokter spesialis jantung, sehingga kebanyakan pasien jantung banyak ke Palopo untuk berobat. Begitu juga pasien bedah syaraf kebanyakan ke Palopo karena di daerah mereka belum ada dokter spesialis bedah syaraf. Makanya, dengan berbagai keunggulan di bidang medis yang dimiliki Palopo, maka kota ini sangat layak menjadi kota wisata kesehatan di wilayah utara Sulsel, khususnya untuk target atau sasarna medical tourism,” kata dr Syukur.

Dokter Syukur yang belum lama ini terpilih sebagai Ketua IDI Palopo, menegaskan, pengurus IDI Kota Palopo sangat mendukung rencana Walikota Palopo menjadikan Palopo sebagai kota wisata kesehatan. “Kami (IDI) dan berbagai pihak terkait telah mengadakan pertemuan dengan Bapak Walikota membahas terkait rencana Palopo dijadikan kota wisata kesehatan. Program ini sangat baik, apalagi memang Palopo memenuhi syarat,” lanjutnya.

Dikatakan dr Syukur, ada dua sasaran kota wisata kesehatan di Indonesia, yakni medical tourism dan wellness tourism. Dari dua sasaran atau target tersebut, Kota Palopo memenuhi syarat untuk target medical tourism. “Dan tentunya, IDI memiliki tugas untuk sasaran medical tourism,” katanya.

Sekedar diketahui, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mendorong pengembangan wisata kesehatan baik untuk layanan wellness tourism maupun medical tourism di berbagai kota di Indonesia. Bahkan, untuk program tersebut, beberapa kota seperti Jakarta, Medan, dan Bali telah diujicoba untuk program kota wisata kesehatan di Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga S. Uno dalam berbagai kesempatan menyampaikan, bahwa program tersebut bertujuan menjadikan wisata kesehatan sebagai program unggulan yang menargetkan pemberdayaan wisatawan nusantara. Wisata kesehatan merupakan kegiatan wisata yang mengedepankan peningkatan kesehatan dan kebugaran fisik, serta pemulihan kesehatan spiritual dan mental wisatawan.

Kementerian akan menggandeng berbagai instansi kementerian dan lembaga maupun pihak swasta seperti rumah sakit, klinik, dan organisasi profesi seperti IDI
untuk mendukung wisata kesehatan di Indonesia. Menurutnya, kota yang layak menjadi kota wisata kesehatan harus memiliki fasilitas kesehatan yang cukup lengkap dan memadai sebagai penunjang pengembangan potensi wisata kesehatan. Termasuk SDM, yakni tersedia berbagai dokter spesialis. Dan tentunya, daerah atau kota tersebut memiliki berbagai destinasi wisata yang dapat dipadukan dengan sektor kesehatan. (***)

ADVERTISEMENT