KORANSERUYA–Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani (IDP), punya cara dan langkah antisipatif dalam menjaga dan mengatasi ketersediaan pangan di Kabupaten Luwu Utara di tengah pandemi covid-19. Langkah itu ia utarakan saat melakukan obrolan pangan melalui video conference (vicon) dengan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Kota Bogor, Kamis (9/4/2020). Indah melakukan vicon ini dari Ruang Kerjanya.
Vicon yang mengambil tema “Ancaman Kelaparan di Tengah Pandemi Covid-19” ini juga diikuti Kepala PSP3 IPB Sofyan Sjafar, Expert Board KRKP David Ardhian, Perwakilan Dirjend PPMD Kemendesa, Kordinator Katalis Indonesia Siswan, serta para NGO lainnya. Dalam kesempatan itu, Indah Putri Indriani membeberkan beberapa langkah pemerintah daerah dalam menyikapi keterjangkauan masyarakat terhadap pangan.
Menurut dia, untuk memompa keterjangkauan masyarakat terhadap pangan, perlu disiasati dengan cara padat karya dalam pembangunan pertanian di seluruh desa yang ada di Kabupaten Luwu Utara. “Identifikasi dan pemetaan situasi pangan di tingkat terkecil di dalam kabupaten menjadi baseline untuk penerapan strategi pengamanan pasokan pangan,” tuturnya. Ia mengungkapkan, stok pangan di Luwu Utara masih cukup sampai Oktober.
Kendati demikian, masih dibutuhkan upaya lain guna menjaga stok pangan tetap tersedia di tengah pandemi covid-19. “Situasi pangan kita cukup gradual, sehingga perlu ada subsidi silang dari daerah surplus ke daerah yang defisit pangan jelang bulan Ramadan, dan pada masa pandemi covid-19 ini,” jelasnya. Yang menggembirakan, lanjut dia, Luwu Utara masih punya pangan lokal seperti sagu, jagung dan ikan, yang bisa menjadi alternatif buat masyarakat.
Apakah petani masih bisa melakukan budidaya pertanian untuk menjaga ketersediaan pangan, sementara pemerintah menganjurkan masyarakat tetap melakukan physical distance guna mengantisipasi penularan covid-19? Ia menjelaskan, petani saat ini masih bisa berproduksi dengan penggunaan mekanisasi pertanian yang mampu mengurangi jumlah pekerja di sawah, sehingga penanggulangan physical distance di sawah dapat terkontrol.
“Penanggulangan melalui physical distance di sawah dapat terkontrol karena falsafah orang tua kita dulu bahwa lebih baik mati berdarah daripada mati kelaparan. Itulah yang membuat para petani tetap semangat beraktivitas di tengah pandemi covid-19,” tandasnya. Sebelumnya, Kordinator Nasional KRKP, Said Abdullah, mengatakan, kerawanan pangan muncul di kota, tapi bisa juga masuk ke desa, karena tekanan covid-19 yang menurunkan akselerasi produksi pangan. “Masalah ini, menjadi ancaman daerah yang ketersedian pangannya tidak ada, tapi di Luwu Utara ini bisa diantisipasi dengan strategi pemerintah daerah,” jelas Said. (KD/LH)