Camat Sultan Miliki “Kantong Ajaib”

508
Camat Sukamaju Selatan Anjas Rusli bersama Tim Penilai dari KOMPAK Akmar Djalil.
ADVERTISEMENT

Sukamaju Selatan — Rupanya Camat Sukamaju Selatan (Sultan), Anjas Rusli, memiliki “Kantong Ajaib”. Tapi tunggu dulu. “Kantong Ajaib” di sini bukan arti sebenarnya, melainkan akronim dari Kantong Analisis Jadwal Persalinan Penyelamat Ibu dan Bayi. Sebuah inovasi Luwu Utara yang berhasil masuk nominasi TOP 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Provinsi Sulawesi Selatan, selain Mata Pintar Menjawab.

Saat tim verifikasi dari KOMPAK, sebuah lembaga yang dipercaya Pemprov Sulsel untuk melakukan verifikasi lapangan terhadap beberapa inovasi di daerah, melakukan kunjungan ke Puskesmas Sukamaju guna melihat langsung inovasi tersebut, Kamis (31/1), Anjas, sebagai inovator, terlihat begitu detail menjelaskan apa itu “Kantong Ajaib”.

ADVERTISEMENT

“Inovasi ini berangkat dari masalah tingginya angka kematian ibu dan bayi. Kantong Ajaib sebenarnya hanyalah tools, treatmennya itu adalah hipnoterapi,” ungkap Anjas Rusli di hadapan Ketua Tim Penilai dari KOMPAK, Akmar Djalil.

Kantong Ajaib ini, selain ada di Puskesmas, juga ada desa, untuk memudahkan masyarakat atau ibu bersalin, dalam mengetahui tingkat risiko ibu bersalin itu sendiri. Menurut Anjas, ada tiga risiko pada ibu bersalin yang digambarkan pada “kantong ajaib”, yaitu risiko biasa, risiko sedang dan risiko tinggi.

ADVERTISEMENT

“Risiko biasa kita beri warna hijau dan bidan desa boleh menganjurkan bersalinnya di sarana kesehatan desa. Risiko sedang kita beri warna kuning dan bidan desa harus menganjurkan ibu bersalin di Puskesmas. Risiko tinggi kita beri warna merah, artinya bidan desa harus merujuk ibu bersalin ke rumah sakit,” papar Anjas di hadapan tim penilai.

“Inovasi itu sebenarnya tidak boleh spot-spot atau parsial. Harus menjadi inovasi yang utuh, sehingga bisa berkembang,” terang Anjas. Inovasi yang lahir pada Mei 2017 ini terbukti bermanfaat bagi ibu hamil. “Saya melihat perkembangan inovasi ini sangat signifikan, tapi saran saya adalah supaya lebih komprehensif, buatkan peta ibu hamil di desa dan puskesmas,” harap Ahmar Djalil. (man)

ADVERTISEMENT