PALOPO–Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kota Palopo yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, IMM dan IPM menggelar arisan pemikiran pada hari Kamis (03/09/2020) bertempat di Kampus Universitas Muhammadiyah Kota Palopo.
Arisan pemikian ini menghadirkan Direktur Dahlanisty, Dr. Hadi Pajarianto, M.Pd.I. yang juga merupakan Wakil Rektor 2 Universitas Muhammadiyah Palopo.
Amril (Wakil Ketua Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama Pemuda Muhammadiyah Kota Palopo) mengungkapkan bahwa arisan pemikiran yang digelar oleh AMM Palopo adalah salah satu upaya untuk menggiatkan kembali kegiatan pengajian dan pengkajian bagi kader-kader muda Muhammadiyah yang sempat vakum sejak pandemi Covid-19 merebak.
“Sejak merebaknya pandemi Covid-19, praksis semua aktivitas pengajian dan pengkajian bagi kader muda Muhammadiyah berhenti total. Oleh karena itu, kami memulai lagi untuk menggiatkannya melalui arisan pemikiran ini,” ungkap Amril.
Ketua Nasyiah Aisyah, Nurjayati membeberkan bahwa nantinya arisan pemikiran ini akan dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan dan membahas tema yang bervariasi.
“Insya Allah, arisan pemikiran ini akan digelar setiap bulan dan menghadirkan tokoh yang mumpuni serta membahas tema yang menarik,” tutur Nurjayati.
Ketua IPM, Muh. Syainal Nur menjelaskan bahwa arisan pemikiran yang digelar perdana sejak pandemi covid-19, membincang tema “Dar Al-ahdi Wa Asy-syahadah yaitu bagaimana Muhammadiyah memandang relasi antara Islam dan negara.
“Tema ini kami pilih karena kami anggap sangat relevan dengan kondisi dan wacana yang berkembang saat ini dan untuk memastikan agar semua kader muda Muhammadiyah paham bagaimana Muhammadiyah memandang NKRI agar tidak ada lagi yang ikut-ikutan menyuarakan bentuk bernegara selain NKRI” jelas Syainal Nur.
Sementara itu, Ririn Ayuandira (Ketua Bidang Organisasi IMM) mengatakan bahwa pelaksanaan arisan pemikiran tetap menggunakan prinsip-prinsip penerapan protokol kesehatan mengingat bahwa masih dalam situasi pandemi Covid-19.
“Untuk arisan pemikiran ini, semua peserta yang hadir tetap mengenakan masker dan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin,” ujar Ririn.
Dr. Hadi Pajarianto selaku narasumber menjelaskan bahwa konsep negara Darul Ahdi Wa Syahadah merupakan konsep dan dokumen resmi dari Muhammadiyah yang disahkan di muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar.
“Bagi Muhammadiyah, posisi umat Islam terhadap NKRI sebenarnya sudah selesai ketika para pendiri Republik ini termasuk yang mewakili tokoh Islam diantaranya Mas Mansur (HB Muhammadiyah), Ki Bagus Hadikusumo (Ketua HB Muhammadiyah), Abd. Kahar Muzakkir (HB Muhammadiyah), dan Raden Nganten Siti Soekaptimah (Aisyiyah) yang masuk dalam anggota BPUPKI, dan beberapa tokoh seperti Mr. Kasman Singodimejo sebagai anggota PPKI maupun tokoh-tokoh Islam untuk lahirnya piagam Jakarta telah selesai bersepakat menjadikan Indonesia dalam konteks umat Islam sebagai kesepakatan,” jelas Hadi.
Melalui itu, kata Hadi, Muhammadiyah ingin bahwa kesepakatan nasional dimana tokoh-tokoh Islam itu sudah meletakan pondasi agar tetap menjadi patokan kita berbangsa dan bernegara termasuk dalam relasi Islam dan negara.
Jauh yang terpenting, lanjut Hadi adalah Muhammadiyah tidak cukup dengan merumuskan Darul Ahdi Wasy Syahadah tetapi bagaimana Muhammadiyah turut membangun Indonesia. Sejak awal dan sampai hari ini, Muhammadiyah telah menunjukkan Wasathiyah Islam.
“Muhammadiyah tidak cukup dengan itu, tetapi bagaimana Indonesia itu harus dibangun. Muhammadiyah senantiasa berupaya agar Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan berada dalam satu tarikan nafas. Muhammadiyah tidak hanya akan membangun, tetapi sudah membangun negara ini,” tutup Hadi. (rls/iys)