Cabut DOB, Mekarkan Provinsi Tana Luwu, Tuntutan Mahasiswa di Peringatan HPRL

917
Aliansi Wija To Luwu menggelar unjuk rasa di perbatasan Palopo-Luwu, Minggu (23/1/2022).
ADVERTISEMENT

PALOPO — Aliansi Wija To Luwu menggelar unjuk rasa di perbatasan Palopo-Luwu, Minggu (23/1/2022). Unjuk rasa ini dimaksudkan untuk menyambut Hari Jadi Luwu (HJL) yang jatuh tanggal 21 Januari dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) yang diperingati tiap tanggal 23 Januari.

Dalam demo tersebut, para mahasiswa yang menuntut agar Pemerintah pusat mencabut moratorium Daerah Otonom Baru (DOB). Koordinator aksi, Hasrulla Hasan mengatakan upaya pemekaran provinsi Tana Luwu telah digaungkan jauh hari oleh para pejuang Luwu.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan semangat pemekaran provinsi Tana Luwu telah terpatri di jiwa rakyat Luwu pada awal kemerdekaan. “Kedatuan Luwu merupakan kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang menyatakan diri bergabung dengan Indonesia. Pernyataan ini kemudian melandasi Presiden Soekarno menjanjikan pembentukan Provinsi Tana Luwu ke Datu Luwu, Andi Djemma,” jelas Hasrulla.

“Ini menjadi janji sejarah yang harus dibayar tuntas. Tidak ada lagi negosiasi. Ini atas keinginan rakyat yang menginginkan Tana Luwu menjadi sebuah provinsi baru yang berdaulat,” sambungnya.

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, para demonstran juga menuntut agar Kabupaten Luwu Tengah segera dibentuk. Dia mengatakan Kabupaten Luwu Tengah merupakan salah satu syarat administratif untuk membentuk provinsi Tana Luwu.

“Maka dari itu, perjuangan kami bersama rakyat Tana Luwu keinginan yang sukar untuk dipisahkan karena saling berkaitan. Secara geografis, Luwu harus dimekarkan menjadi dua Kabupaten. Sebab, Walmas daerah yang terpisah dari induknya yang berimbas pada tidak mandiri dan kurang produktifnya masyarakatpada beberapa sektor,” jelasnya.

Dalam unjuk rasa itu, para demonstran menutup akses jalan dari dan menuju Kota Palopo. Mereka juga membakar ban bekas sambil bergantian berorasi.

Isu provinsi Tana Luwu dan Luwu Tengah sudah sering kali digaungkan baik para tokoh Tana Luwu maupun mahasiswa. Bahkan, setiap ada momen penting, mahasiswa seakan tak pernah bosan bersuara agar Tana Luwu dimekarkan menjadi provinsi. Lepas dari induknya, Sulsel.

Isu itu terus digaungkan bila ada kontestasi politik seperti Pilkada dan Pemilu. Para potikus mengumbar janji memekarkan Tana Luwu untuk mendapat simpati dari masyarakat. Namun, isu itu kemudian menghilang begitu mereka mencapai keinginannya. (ayb/liq)

ADVERTISEMENT