OPINI: Sarjana di Hadapan Revolusi Industri 4.0

79
ADVERTISEMENT
oleh: Dr. Fasiha, S.EI.,M.EI  *)
بِأنَفسُِهِمۡۡۗ وَإذِآَ أرََادَ ٱلل بِقوَۡمٖ سُوٓءٗا فلََا مَرَدَّ لَهۥُۚ وَمَا لهَُم ِّمِن دوُنِهۦِ
مِن وَا ل ١١
Terjemahnya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar-Ra’d:11).
Ayat tersebut menyiratkan perlunya manusia berubah. Siapapun yang menolak perubahan pasti akan tertinggal karena perubahan adalah suatu keniscayaan. Perubahan dapat bersifat gradual, dapat pula bersifat sistematis. Salah satu bentuk perubahan yang paling nyata adalah globalisasi. Interaksi antar individu, antar komunitas, hingga antar bangsa terjadi dengan cepat.
Para ahli menjelaskan perubahan sebagai dimensi waktu. Dunia terhubung hanya disekat oleh batas maya. Perubahan selalu memberikan tanda nyata dan memiliki jejak dalam kehidupan manusia. Perubahan dalam fase kehidupan manusia ditandai banyak hal, salah satunya adalah perubahan dalam era industri.
Saat ini kita dihadapkan suatu perubahan besar yakni revolusi  industri, yang akan membawa perubahan dan perkembangan pasar yang semakin cepat. Makin hari revolusi industri tersebut semakin  berkembang dan berubah ke arah perbaikan dan penyempurnaan.   Perkembangan revolusi industri tersebut mengikuti priodesasinya.
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 dijelaskan bahwa  perkembangan  priodesasi industri dapat dirunut sebagai berikut  (Hermann et al, 2015; Irianto, 2017).;
1. Revolusi Industri Gelombang ke-1(industrial Revolution 1.0), terjadi  pertama kali ditandai dengan beralihnya penggunaan tenaga kerja manusia yang digantikan oleh mesin uap oleh Thomas new comment, kemudian menyebar ke daratan Eropa dan  Amerika pada pertengahan abad ke-18 tahun 1750-1850.
2. Revolusi Industri Gelombang ke-2 (Industrial Revolution 2.0),  terjadi pada pertengahan abad ke-19 tahun 1870 an  di Eropa. Revolusi ini ditandai  dengan pemanfaatan tenaga listrik (electricity) guna untuk  mempermudah serta mempercepat proses produksi, distribusi dan  perdagangan. Penggunaan assembly line,
3. Revolusi Industri Gelombang ke-3  (Industrial Revolution 3.0),  Berkembang pada tahun 1969, terutama di Amerika Serikat,  dengan diperkenalkannya sistem teknologi informasi (IT) dan  komputerisasi untuk menunjang otomatisasi produksi (production  outomation).
4. Revolusi Industri Gelombang ke-4 (Industrial Revolution 4.0), Era  tahun 2000-an hingga saat ini merupakan era penerapan teknologi  modern, cyber physical systems antara lain teknologi fiber (fiber technology) dan system jarinagn terintegrasi (integrated network) yang bekerja disetiap  aktivitas ekonomi, dari produksi hingga konsumsi.
Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. Lee et al (2013) menjelaskan, industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor:
1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas;
2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis;
3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan
4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing. Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri.
Tantangan dan Peluang Industri 4.0
Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang.
Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksimanusia(Tjandrawinata, 2016). Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya.
Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, VUCA era ; badai gelombang teknologi yang menciptakan distruktif yang luar biasa. Volatelity, Uncertainty, Cmplexity dan Ambiguity.oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat.
Tiap Negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi,hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.
Pandemik Covid 19 dianggap salah satu factor percepatan revolusi industry dengan indicator work from home semuanya dikerjakan dari rumah, kuliah, bekerja, berbisnis, membeli dan menjual semuanya dikerjakan dirumah dengan bermodal hp, laptop dengan didukung oleh jaringan internet. Covid 19 dan revolusi industry telah mengubah kebiasaan menjadi kebiasaan baru menuju peradaban yang digital
1.Pendidikan dengan kebiasaan baru yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) online
2.Bisnis dengan kebiasaan baru Bisnis Online, pelayanan online, bisnis berbasis digital
3.Entertainment dengan kebiasaan baru Youtube, Instagram dan lainnya
Semuanya dilakukan dengan digitalisasi, Siapapun yang menolak perubahan pasti akan tertinggal karena perubahan adalah suatu keniscayaan. Beberapa pekerjaan yang akan berkembang dan akan ditinggalkan.
Dulu yang berpenghasilan dari rumah sangat dicuringai menggunakan pesugihan seperti jaga lilin dlln. Sekarang kita tidak bisa mengcurigai yang berpenghasilan dari rumah karena mereka menggunakan HP/laptop untuk bekerja dan menghasilkan banyak uang.
Di era industri 4.0, banyak orang beranggapan bahwa robot akan menggantikan profesi manusia.
Banyak lapangan kerja yang akan musnah karena kehadiran robot yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk menggantikan peran manusia. Tetapi dalam kenyataannya, dalam revolusi Industri 4.0 ini tidak akan merebut pekerjaan manusia sama sekali, jurstru akan muncul pekerjaanpekerjaan baru yang mendukung teknologi AI (Artificial Intelligence). Dan kehadiran AI (Artificial Intelligence) juga akan membantu manusia lebih produktif  serta memastikan proses bisnis berjalan dengan lebih efisien. Jadi manusia dan AI (Artificial Intelligence) akan bekerja berdampingan dan tetap memerlukan satu sama lain.
Menghadapi era revolusi industri 4.0 terdapat 23 juta jenis pekerjaan di Indonesia yang terdampak oleh otomatisasi. Namun di satu sisi terdapat 27–46 juta jenis pekerjaan baru di Indonesia berpeluang tercipta sampai dengan tahun 2030, dimana 10 juta jenis pekerjaan di antaranya adalah jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.
Teknologi digital terus berkembang dengan pesat dan berpengaruh pada berbagai bidang industri. Di era ini, banyak perusahaan yang mulai mengadopsi teknologi digital untuk berbagai aspek operasional bisnisnya. Di sinilah peluang bagi mereka yang ingin berprofesi dalam bidang teknologi digital.
Start-up Company
Nadiem Makariem, CEO Gojek, dan Achmad Zacky, CEO Bukalapak adalah duA contoh pendiri startup digital yang sukses di Indonesia.
Pemerintah Indonesia pun ikut mendukung pembangunan startup dengan Gerakan 1.000 Startup Digital yang ingin dicapai di 2020. Pengembangan di bidang ini terbukti membawa perubahan terhadap pola hidup dan berpikir masyarakat Indonesia.
Dalam membangun startup digital, kemampuan berbisnis dan kemampuan akan teknologi digital disatukan. Kamu bisa mempelajari lebih dalam kompetensi yang dibutuhkan seorang pendiri startup dapat diperoleh dari peminatan IT in Business.
Application Developer
Aplikasi pada smartphone sudah sangat melimpah dan affordable bagi users. Kesemuanya memiliki fungsi yang hampir sama, yaitu dapat memudahkan kegiatan sehari-hari. Mulai dari berbelanja, kegiatan perbankan, hingga hiburan. Aplikasi-aplikasi tersebut merupakan hasil rancangan dari seorang Application Developer. Application developer pun terbagi menjadi, Android developer dan IOS developer. Di mana setiap bidang tersebut mempunyai karakteristiknya masing-masing.
Dalam merancang dan memprogram sebuah aplikasi, kamu harus memiliki kemampuan algoritma dan logika yang kuat. Biasanya seorang Application Developer merupakan lulusan dari jurusan Sistem Informasi dengan peminatan Software Engineering.
Content Creator.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang content creator adalah kreativitas serta komunikasi yang baik untuk menghasilkan sebuah karya. Sebenarnya tidak ada latar belakang khusus untuk bisa berprofesi menjadi content creator. Kuncinya hanya pada mau terus belajar dan mengembangkan bakat yang sudah dimiliki.
Seorang content creator dapat berasal dari berbagai profesi atau bidang ahli yang berbeda. Namun mereka harus memiliki softskill seperti daya kreativitas dan kemampuan komunikasi yang tinggi untuk dapat menghasilkan karya dan berkompetisi dengan yang lain. Mereka memproduksi berbagai konten menarik yang memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi banyak orang.
Content Writer dan Copywriter
Profesi Content Writer bertugas untuk membuat konten untuk disampaikan pada konsumen melalui tulisan. Sama-sama berbentuk tulisan, namun Copywriter cenderung dibuat untuk promosi atau iklan sebuah produk agar konsumen tertarik dengan produk yang dipasarkan.
Manajer Pemasaran Digital
Di dunia digital yang sangat pesat, butuh manajer yang menguasai SEO, Strategi Media Sosial, sampai Content Digital dengan efektif. Mereka bertugas untuk meningkatkan promosi kanal digital seperti Google, Media Sosial, Email, Website dan lain-lain. Seorang Manager Media Sosial juga butuh kemampuan selalu update terhadap apa yang menjadi tren untuk mengetahui apa yang sedang dibutuhkan pasar.
Bukan hal mudah untuk mendalami profesi-profesi tersebut, namun jika sudah memiliki bakat dan mau belajar; pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa jadi peluang besar di era Revolusi Industri 4.0.
1% inspirasi
99%keringat= kebiasaan.
Karakter yang membuat kita bangkit dari tempat tidur. Komitmen yang mengubah menjadi tindakan. Disiplin yang membuat kita berhasil melaluinya.
Tantanga Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada masa revolusi Industri
1.Alumni IAIN harus beradaptasi dengan Transaksi Bisnis semakin modern yang berbasis digitalisasi
2.Almuni IAIN mesti memberikan pandangan terhadap perubahan peradaban sosial ekonomi
3.Alumni IAIN mesti mengambil peran sebagai pelaku/ aktor dalam perubahan peradaban sosial ekonomi masyarakat
4.Alumni IAIN memberi pencerahan kepada masyarakat terkait perubahan peradaban sosial ekonomi
5.Alumni IAIN memiliki AKHLAK; Amanah(integritas) Kompoten, Harmonis (menghargai setiap orang apapun latar belakangnya) , Loyal, Adaptif, Kolaboratif
Saatnya mengambil peran, saatnya beradabtasi dengan perubahan/revolusi industri 4.0, saatnya membuat perubahan, saatnya  mengambil keputusan. Sebagaimana Visi Fakultas Ekonomi Iain Palopo
“Unggul dalam Pelaksanaan Trnasformasi Keilmuan Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai Pajung Peradaban “
*) Penulis adalah Dosen IAIN Palopo, Ketua Prodi Ekonomi Syariah  
(*)
ADVERTISEMENT