Ditulis oleh: San Ashari, SKM., M.Kes *)
Satu tahun sudah dunia dan termasuk indonesia di dera krisis yang serasa tak berujung dan melelahkan akibat pandemi covid-19. Meski upaya pencegahan dan pengendalian sudah dilakukan namun hingga kini belum membuahkan hasil sesuai yang diharapkan.
Oleh karena itu program vaksinasi dianggap sebagai salah satu solusi kunci dalam perjuangan menghentikan pandemi.
Indonesia sebagai salah satu negara yang cukup serius dalam melaksanakan vaksinasi, menargetkan 70% dari total penduduk (sekitar 180 juta orang) untuk melakukan vaksinasi dalam 15 bulan ke depan dengan tujuan untuk membentuk kekebalan kelompok pada masyarakat terhadap COVID-19.
Namun, pelaksanaan vaksinasi tidak sepenuhnya disambut baik oleh masyarakat. Maraknya misinformasi yang beredar dikombinasikan dengan banyaknya varian vaksin yang tersedia beserta isu adanya reaksi efek samping berbahaya menyebabkan kebingungan dan mendorong keraguan akan vaksinasi.
Kekhawatiran tentang Keamanan Vaksin (AstraZeneca)
Akhir-akhir ini muncul sebuah isu bahwa vaksin AstraZeneca memiliki efek samping yang berbahaya, seperti pembekuan darah dan penurunan jumlah trombosit. Bagaimana fakta sesungguhnya tentang keamanan dari vaksin AstraZeneca dan bagaimana cara kita menyikapinya?
Yang dimaksud dengan pembekuan darah adalah terjadinya darah yang menggumpal seperti agar-agar yang dapat menghalangi sirkulasi. Pada keadaan normal, gumpalan darah akan terbentuk sebagai respons terhadap terjadinya cedera untuk mencegah kehilangan darah dalam jumlah besar.
Gumpalan darah juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi tertentu, termasuk kanker dan kelainan genetik, obat-obatan tertentu, dan istirahat di tempat tidur atau duduk dalam waktu lama. COVID-19 sendiri bisa memicu masalah pembekuan darah yang dapat berakibat serius. Gumpalan yang terbentuk di kaki terkadang pecah dan menyebar ke organ lainnya seperti paru-paru atau kadang ke otak, yang mana hal ini bisa menyebabkan kematian.
Peneliti menemukan bahwa penerima vaksin AstraZeneca-Oxford yang timbul gejala gangguan pembekuan darah menghasilkan antibodi yang mengaktifkan trombosit mereka. Trombosit dapat teraktivasi salah satunya oleh sistem imun. Reaksi ini merupakan suatu kondisi abnormal yang sangat jarang terjadi. Kondisi ini selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya pembekuan darah.
Investigasi oleh para regulator di Eropa terhadap laporan pembekuan darah yang tidak biasa setelah menerima vaksin AstraZeneca telah menyimpulkan bahwa ini adalah efek samping yang “mungkin” dan “sangat jarang”. Faktanya memang benar bahwa terdapat risiko pada vaksin AstraZeneca, namun itu adalah risiko absolut yang sangat kecil.
Tidak ada keputusan yang kita buat dalam kehidupan sehari-hari yang “bebas risiko. Namun, dapat dipahami kecenderungan manusia untuk memahami apa yang disebut sebagai risiko bukan hanya sebagai sebuah angka belaka yang berisi persentase probabilitas terjadinya sebuah kejadian, melainkan sebuah perasaan yang subjektif.
Sebagai contoh, ketika membandingkan beberapa kemungkinan penyebab kematian, respon psikologis kita akan berbeda-beda. Sangat wajar untuk merasakan perbedaan tentang mati selama operasi besar dibandingkan dengan mati akibat kecelakaan pesawat. Perasaan kita tentang suatu peristiwa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti persepsi kita tentang kontrol kita terhadap kejadian tersebut, pemahaman tentang penyebabnya, familiaritas, dan lainnya. Hal ini mempengaruhi derajat keprihatinan yang berbeda-beda.
Perlu diingat bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengingat informasi negatif. Hal ini disebut sebagai bias negativitas, sebuah kecenderungan untuk lebih memperhatikan hal-hal atau informasi yang sifatnya negatif.
Maka, dalam hal ini informasi negatif memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan informasi yang sifatnya positif. Informasi negatif mengenai efek samping vaksin yang berbahaya dan mematikan, walau dalam jumlah yang sangat kecil, akan jauh lebih kita ingat dan menimbulkan emosi yang lebih dibandingkan segala manfaat yang diberikan oleh vaksinasi. Cara berpikir manusia memang sering kali tidak luput dari kesalahan dan sering kali membuat kita menjadi tidak rasional.
Tentunya kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi medis yang mungkin timbul dapat dipahami. Pada situasi pandemi seperti saat ini, ada banyak dari kita yang merasakan kewalahan dan ketakutan oleh ketidakpastian yang terus berlanjut seputar kesehatan dan kehidupan kita.
Dapat dipahami fenomena yang tidak jarang ketika seseorang merasa putus asa untuk mendapatkan vaksin tetapi di saat yang bersamaan memiliki rasa takut terhadap vaksin AstraZeneca.
Vaksin AstraZeneca Memiliki Efektifitas yang Tinggi
Penelitian mengenai analisis utama uji klinis Fase III vaksin AstraZeneca dari Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan, yang diterbitkan di jurnal internasional The Lancet mengonfirmasi Vaksin COVID-19 AstraZeneca efektif dalam mencegah COVID-19, tanpa kasus yang parah dan tanpa rawat inap, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama. Hasil menunjukkan keefektifan vaksin mencapai 76% setelah dosis pertama.
Selain itu, menurut penelitian terbaru dari pemerintah Inggris, 2 dosis vaksin AstraZeneca juga menunjukkan keefektifan setinggi 60% dalam melawan penyakit simptomatik dari varian terbaru B.1.617.2 yang muncul pertama kali di India.
Studi ini memberikan kepastian bahwa 2 dosis dari vaksin ini mampu menawarkan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit simptomatik dari varian baru. Bukti baru ini sangat penting dan membuktikan pula mengenai betapa berharganya program vaksinasi COVID-19 dalam kemampuannya melindungi masyarakat dari COVID-19.
Jadi Apa Kesimpulannya?
Penggunaan vaksin AstraZeneca aman dengan manfaat jauh melebihi risikonya. Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang sangat efektif mencegah penyakit yang parah, rawat inap, dan kematian akibat COVID-19. Tidak ada vaksin yang tidak memiliki efek samping dan efektifitas senilai 100%.
Segala sesuatu memiliki risiko. Vaksinasi itu penting. Pakailah seluruh jenis vaksin yang tersedia dan dorong mereka yang kita cintai juga untuk melakukan vaksinasi.
Perbedaan merek tidak seharusnya menjadi masalah, termasuk AstraZeneca. Kesuksesan dari pelaksanaan program vaksinasi harus dilihat sebagai tanggung jawab bersama (collective responsibility) oleh karena sifat dari program vaksinasi yang baru dapat nyata terlihat manfaatnya ketika sudah ada cukup banyak orang yang berhasil divaksin dan memiliki kekebalan sehingga mampu melindungi kesehatan sebuah komunitas (konsep herd immunity).
Jika kamu telah memiliki kesempatan untuk mendapatkan vaksin, segera laksanakan vaksinasi. Kita membutuhkan lebih banyak orang untuk divaksinasi dalam waktu lebih cepat.
*) Penulis adalah Kabid Pencegahan & Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Palopo