MAKASSAR— Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel merilis pada Juni 2022 menyebutkan jika nilai ekspor Sulawesi Selatan (Sulsel) sebesar US$163,36 juta atau naik 60,40 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar US$101,85 juta. Nikel masih menjadi komoditas ekspor terbesar dengan nilai US$91,61 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Suntono mengatakan, nikel masih menjadi bahan ekspor paling penting di Sulsel. Persentase nilai ekspornya pada Juni 2022 bahkan mencapai 56,08 persen dari total nilai ekspor.
“Ekspor nikel memang selama ini menjadi yang terbesar di Sulsel. Nilai ekspor Juni 2022 ini saja naik cukup signifikan jika dibanding bulan yang sama tahun 2021 yang hanya US$63,01 juta,” ungkap Suntono, Pada medio Agustus, 2022.
Kata dia, Negara tujuan ekspor Sulawesi Selatan pada bulan Juli 2022 dengan nilai lima terbesar yaitu ke Jepang dengan nilai sebesar US$ 95,64 juta (59,65 persen). Nilai ekspor ke Jepang meningkat sebesar 17,29 persen, sementara ekspor terbesar Sulawesi Selatan pada bulan Juli 2022 melalui Pelabuhan Malili dengan nilai sebesar US$ 90,18 juta (56,25 persen).
Diketahui, Pelabuhan Malili menjadi salah satu tempat yang digunakan PT Vale untuk melakukan ekspor nikel ke Jepang. Disisi lain, Besarnya sumbangsih nikel juga diamini oleh Sekretaris Daerah Pemprov Sulsel Abdul Hayat Gani, saat pelepasan ekspor di Terminal Petikemas Makassar, Jl Nusantara, Pattunuang, Kecamatan Wajo, Kota Makassar, Senin (15/8/2022).
Menurutnya, ada tiga sektor yang berkontribusi pada ekspor tahun 2022. Sektor pertanian berkontribusi 42,92 persen, industri 9,06 persen, dan tambang 75,54 persen. “Secara umum pertumbuhan ekonomi alhamdulillah sudah bagus sekali,” katanya.
Di Sulsel diketahui, PT Vale Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang memproduksi nikel dalam jumlah besar.
Pada triwulan II 2022 PT Vale Indonesia telah memproduksi nikel sebanyak 12.567 metrik ton (“t”) dalam matte, dengan target produksi tahun ini sebesar sebanyak 65.000 ton nikel matte di tahun ini.
Besarnya produksi yang dihasilkan PT Vale Indonesia memberikan dampak besar bagi Lapangan Usaha. Kepala Bank Indonesia Causa Imam Karana pada medio Januari menyebutkan, produksi PT Vale menjadi salah satu indikator yang digunakan dalam melihat kinerja LU Pertambangan mengingat pertumbuhannya konsisten searah dengan data historis LU tersebut.
Sehingga rencana produksi PT Vale dapat digunakan sebagai salah satu indikator yang digunakan KPw BI Sulsel dalam penentuan proyeksi perekonomian, khususnya secara sektoral.
“Nikel menjadi komoditas utama ekspor dengan pangsa mencapai 45% dari total ekspor Sulsel. Potensi nikel sebagai salah satu komoditas unggulan masih sangat baik mengingat permintaan dunia akan komoditas ini cukup menjanjikan seiring dengan dorongan terhadap mobil listrik,”paparnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Lapangan Usaha (LU) Pertambangan menjadi tumpuan ekonomi Provinsi Luwu Timur dengan pangsa hingga 49% persen. (rls)