PALOPO–Menyambut Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke 75 dan Hari Jadi Tana Luwu (HJTL) ke 753 yang jatuh tepat pada 23 Januari disambut penuh sukacita Wija to Luwu, meskipun suasana negara kesatuan Republik Indonesia masih dilanda pandemi virus corona berkepanjangan.
Salah satu putra terbaik Tana Luwu, yang namanya sempat moncer di perhelatan Pilkada Luwu Utara 2020, Andi Sukma, yang juga mantan calon wakil bupati itu memberi gagasan menarik dalam rangka memperingati HPRL/HJTL yang menjadi hari bersejarah bagi Wija to Luwu.
Wakil Ketua DPC Hanura Luwu Utara itu merasa perihatin jika Tana Luwu dalam usianya yang semakin menua hingga hari ini rakyatnya belum sepenuhnya mencapai tingkat kesejahteraan.
Menurutnya, sistem rekrutmen calon pemimpin di Luwu Raya ini perlu diperbaiki, supaya tokoh-tokoh yang diberi amanah menjadi Pemimpin benar-benar bisa mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan dan merata bagi semua golongan.
“Yang pertama, saya ingin mengucapkan selamat memperingati HPRL dan HJTL, semoga kita semua, Wija To Luwu senantiasa dijauhkan dari musibah dan bencana serta diberi rezeki, keberkahan sehingga daerah kita di Tana Luwu menjadi lebih maju dan rakyatnya semakin makmur,” ucapnya saat dihubungi Koran Seruya via telepon, Jumat (22/1).
Lanjut mantan DPRD Luwu Utara 3 periode itu, “jujur saja kita tentu risau dengan dunia perpolitikan di Tana Luwu jika sistem rekruitmen Calon Pemimpin masih banyak kekurangan disana sini. Menang kalah adalah hal biasa saja bagi kami, tetapi ke depan, kedewasaan politik dan cara-cara berpolitik Wija To Luwu harus lebih baik lagi, jangan ada kesan membiarkan kampanye hitam dengan fitnah dan kebohongan terus menerus dikembangkan,” akunya.
“Saya pribadi berpendapat, kita di Luwu Raya ini sebaiknya Pilkadanya Serentak saja di semua daerah. Baik di Luwu, Palopo, Luwu Utara dan di Luwu Timur,” gagasnya.
“Mengapa harus Pilkada Serentak di Luwu Raya? Karena menurut saya, jika terpisah-pisah, maka konsentrasi penduduk di wilayah lain yang tidak berpilkada akan cenderung tinggi ke tempat lain (yang sedang ber-Pilkada) dan itu bersifat destruktif (negatif).”
“Contohnya Pilkada Luwu Utara baru-baru ini. Karena Luwu dan Palopo tidak ada Pilkada, maka penduduk di daerah itu banyak yang ikut-ikutan menjadi Tim Sukses atau malah jadi “provokator” sehingga kualitas pelaksanaan Pilkada bisa jadi menurun. Kalau serentak kan, setiap penduduk akan fokus dengan daerahnya masing-masing,” imbuh Andi Sukma.
“Yang terjadi kemarin di Pilwalkot Palopo juga begitu (tahun 2018, red). Warga Lutra dan Lutim banyak yang saya amati ikut-ikutan jadi suporter dadakan. Jadi menurut saya, alangkah indahnya jika 4 wilayah ini semua Pilkada Serentak, sehingga tidak ada lagi mobilisasi massa ke suatu daerah tertentu yang sedang berpilkada.”
“Dengan begitu, peran serta masyarakat akan terlihat jelas dan ini nanti (Pilkada Serentak Luwu Raya) jika terlaksana, akan berlangsung lebih alamiah. Kita berharap rakyat Tana Luwu ke depannya jangan sekedar jadi “tim tepuk tangan” bagi calon-calon gubernur, Wija To Luwu harus bersatu dan mewujudkan impian soal kesejahteraan dan lebih penting lagi soal kemajuan sarana prasarana. Caranya kita harus dorong pemekaran wilayah, soal opsi provinsi, itu sudah lama jadi mimpi besar kita Wija To Luwu, tetapi mewujudkannya banyak faktor yang masih jadi penghalang, tak mudah memang,” tandasnya.
(iys)