Inna Lillahi… Djoko Santoso, Mantan Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Berpulang

874
ADVERTISEMENT

KORANSERUYA–Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso meninggal dunia.

Djoko dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya setelah dirawat beberapa hari di RSPAD Gatot Soebroto.

ADVERTISEMENT

“Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun.. Allahummagh firlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu..

Turut berduka cita yg mendalam atas wafatnya Bp. Jendral TNI Purn. Djoko Santoso (Mantan Panglima TNI)

ADVERTISEMENT

(BERSAMBUNG),” cuit anggota DPD RI Fahira Idris melalui Twitter sembari menautkan berita duka terkait meninggalnya mantan Panglima TNI Djoko Santoso.

Mengutip Suara.com, kabar duka tersebut juga disampaikan oleh anggota DPR RI Fraksi Gerindra Habiburokhman melalui Twitter.

“Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun. Turut berduka cita atas kepergian Bapak Jenderal TNI Purnawirawan Djoko Santoso,. Semoga almarhum Husnul Khotimah, dan kepada keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. Amiiiin YRA,” cuitnya.

Djoko Santoso diketahui sempat menjabat sebagai Panglima TNI pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menjabat Panglima TNI sejak 28 Desember 2007 hingga 28 September 2010.

Usai pensiun dari militer, almarhum Djoko Santoso bergabung ke Partai Gerindra pada 2015. Di mana ia masuk struktur Dewan Pembina. Bahkan pada Pilpres 2019, Djoko Santoso didapuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno yang disokong Partai Gerindra.

Djoko Santoso Meninggal Dunia, Kenali Gejala dan Penyebab Pendarahan Otak

Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Djoko Santoso meninggal usai beberapa hari menjalani operasi akibat pendarahan otak.

Politisi partai Gerindra itu menghembuskan napas terakhir pada Minggu (10/5/2020) pukul 06.30 WIB dengan usia 67 tahun.

Mengutip dari situs Medical News Today, pendarahan otak umumnya rawan terjadi pada orang dewasa yang lebih tua alias lanjut usia (Lansia).

Kemungkinan penyebab lain bisa disebabkan penyakit darah, tumor otak, septikemia, atau penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Meski begitu pendarahan otak juga bisa terjadi pada anak-anak. Sebagian besar pendarahan intraserebral yang tiba-tiba terjadi pada anak-anak disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang menyuplai ke jaringan otak.

Sedangkan pada bayi, pendarahan otak dapat terjadi karena cedera kelahiran atau trauma tumpul pada perut wanita saat hamil.

Gejala juga opsi perawatan yang dilakukan pada pasien pendarahan otak sama antara pasien orang dewasa dan anak-anak. Namun perawatan anak-anak tergantung pada lokasi pendarahan serta tingkat keparahannya.

Anak-anak juga biasanya pulih dari pendarahan otak dengan hasil yang lebih baik daripada orang dewasa, karena otak anak masih berkembang.

Pendarahan otak termasuk keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera.

Jika pembuluh darah di otak bocor dan menyebabkan perdarahan maka bisa terjadi stroke hemoragik.

Kompresi dari pendarahan yang berlebihan mungkin sangat parah sehingga darah yang mengandung oksigen tidak dapat mengalir ke jaringan otak.

Kekurangan oksigen di sel-sel otak itu lah yang menyebabkan pembengkakan hingga kematian.

Orang yang mengalami pendarahan otak dapat mengalami berbagai gejala yang berbeda, seperti kesemutan tiba-tiba, lemas, mati rasa, atau kelumpuhan pada wajah, lengan, dan kaki. Ini kemungkinan besar terjadi pada satu sisi tubuh saja.

Gejala lain yang bisa dialami yaitu, sakit kepala parah yang datang tiba-tiba, kesulitan menelan, kehilangan keseimbangan tubuh, kesulitan memahami, kesulitan berbicara, pingsan, lesu, hingga kejang-kejang.

Sangat penting untuk mengenali gejal awal pendarahan otak dengan cepat untuk memungkinkan perawatan dimulai sesegera mungkin.

(*/iys)

ADVERTISEMENT