KORANSERUYA.COM–Di tengah kekhawatiran masyarakat tentang kemungkinan terjadinya penyebaran virus korona Wuhan (nCov) di Indonesia, beredar sebuah pesan berantai mengenai pengobatan alternatif untuk mencegah virus ini.
“Dokter zong yi dia udh kena virus selama 8 hari. Jadi, bawang putih dikupas kulitnya , trs bawang putih ny di rebus selama 3 menit .( Airnya 7 gelas ) Yang kena virusnya sekali minum 2 kali . Pas hari kedua udh agak mendingan sakitnya, serta keluarkan dahak hitam dan sudah tidak demam lg. Pas bsk harinya sudah kembali normal (sudah sembuh),” tulis pesan tersebut seperti yang dilansir KORAN SERUYA dari Okezone, Selasa (27/8/2020).
Terkait hal ini, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. dr. Agus Dwi Susanto Sp.P(K) menegaskan bahwa sejauh ini para ahli medis dunia belum menemukan solusi atau anti-virus untuk menanggulangi virus korona Wuhan.
Bawang Putih
Agus pun mengimbau masyarakat Indonesia untuk tetap waspada dan teliti dalam menerima informasi dari sumber yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.
“Dari WHO sendiri belum ada anti-virusnya, termasuk untuk virus SARS yang booming di tahun 2002-2003, belum ada juga obatnya. Jadi kalau ada berita yang mengatakan bawang merah dan putih dapat menyerap virus itu, saya rasa hoaks atau tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ungkap dr. Agus Dwi Susanto saat dihubungi Okezone via sambungan telefon.
Untuk membuktikan kebenaran informasi ini, Agus menjelaskan secara singkat upaya atau treatment yang dilakukan para ahli medis dalam menanggulangi virus korona Wuhan.
BACA JUGA
Ini Video Ketua DPRD Palopo Dapat Bingkisan Kotoran Sapi di Kantornya
Berdasar rekomendasi manajemen klinis yang telah dikeluarkan WHO, para pasien yang dinyatakan terinfeksi virus korona Wuhan harus mendapatkan treatment berupa terapi cairan, oksigen, dan nutrisi untuk mendukung sistem tubuhnya agar tetap berfungsi dengan baik.
“Prinsip pengobatannya itu menjaga fungsi tubuh pasien agar tetap berjalan dengan baik. Dan untuk obatnya sendiri memang belum ada, karena harus melalui proses penelitian yang cukup panjang, butuh uji di laboratorium dulu,” kata dr. Agus.
“Nah, untuk rumor atau informasi-informasi yang beredar di internet dan media sosial, sebaiknya jangan ditelan mentah-mentah. Lebih baik percaya kepada rumah sakit yang memang dirujuk menangangi kasus ini,” tandasnya. (dini)
Sumber: okezone.com