PALOPO–Empat pemerintah daerah se Luwu Raya perlu lebih mewaspadai penyebaran virus corona atau covid-19 dari tiga klaster ini. Tiga klaster tersebut yakni Klaster Vale, Temboro, dan Kapurung. Sejauh ini, tiga klaster tersebut telah ‘meneror’ warga di jasirah utara Sulsel ini, karena menjadi penyebab terbesar penyebaran virus corona di Kota Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Luwu.
Klaster Vale, salah satu penyebab utama penyebaran virus corona di Kabupaten Luwu Timur (Lutim). Dari 15 pasien positif per tanggal 10 Mei 2020, sebanyak 14 kasus positif terkonfirmasi klaster Vale. Satu kasus adalah santri dari Klaster Temboro.
Sedangkan penyebaran pasien positif covid-19 di Kabupaten Luwu Utara, sesuai data per tanggal 10 Mei 2020, sebanyak 26 kasus positif dialami santri yang pulang mondok dari salah satu pesantren di Temboro, Magetan, Provinsi Jawa Timur. Sebanyak 26 kasus tersebut seluruhnya yang positif terpapar virus corona adalah santri terkonfirmasi klaster Temboro.
Update data terbaru, dua tambahan pasien positif dari klaster ini, sehingga total klaster Temboro yang positif di Lutra sebanyak 26 orang.
Sedangkan, 1 kasus positif corona di Luwu Utara terdata tertular dari pasien ’01’ asal Palopo, yakni Hy, yang sempat bertandang ke rumah keluarganya di Dandang, Kecamatan Sabbang. Hy dinyatakan sembuh, namun diumumkan 1 pasien positif di Luwu Utara asal Kecamatan Sabbang terpapar dari kasus Hy.
Begitupun di Kabupaten Luwu, 1 kasus terdata adalah santri yang juga pulang mondok dari Temboro, Magetan. Santri ini dinyatakan positif sesuai hasil uji FCR swab di Balai Besar Laboratorium Makassar, juga terdata tertular dari klaster Temboro.
Per tanggal 10 Mei, terdata 3 kasus positif di Kabupaten Luwu. Namun dari 3 kasus tersebut, 1 kasus sudah meninggal dunia, yakni warga Walenrang, dan 1 kasus lagi adalah warga Luwu yang menetap di Kabupaten Soppeng, yang dimasukkan dalam data Pemprov Sulsel sebagai data pasien positif corona di Kabupaten Luwu.
Lantas, bagaimana dengan Kota Palopo? Khusus Kota Palopo, per tanggal 10 Mei 2020, sudah ada 2 kasus positif. Kasus ’01’ adalah Hy, karyawati salah satu perusahaan selular di Makassar yang sempat pulang kampung ke Kota Palopo. Dan kasus kedua, adalah warga Perumahan Lewadang Purangi, Kecamatan Sendana, berinisia Bj, 37 tahun.
Bj terpapar virus corona dari klaster Kapurung, dimana dia sempat kontak dengan kakaknya yang baru pulang melaut di Bajo, Kabupaten Luwu. Bj bersama suami dan anaknya yang masih berusia 2 tahun, diisolasi di RSUD Sawerigading Palopo. Namun sesuai hasil uji FCR swab, suami dan anak Bj negatif.
Selain dua kasus tersebut, hingga Minggu (10/5/2020), seorang santri yang juga pulang mondok dari Temboro, berinisial Gu, masih diisolasi di RSUD Sawerigading Palopo. Gu masih menunggu hasil pemeriksaan FCR swab, juga terdata sebagai klater Temboro.
Juru bicara tim Satgas Penanganan Covid-19 Kota Palopo, dr Ishak Iskandar, mengakui ada dua klaster yang diwaspadai di Kota Palopo, yakni Klaster Kapurung yang sudah ada 1 warga positif corona, yakni Bj. “Sedangkan, 1 warga Palopo juga sedang dirawat isolasi di RSUD Sawerigading Palopo dari Klaster Temboro, seorang santri. Kita berharap, hasil uji FCR swab-nya negatif,” kata dr Ishak Iskandar dikonfirmasi KORAN SERUYA.
Sementara Juru bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Luwu Utara, Komang Krisna, mengakui Klaster Temboro mendominasi penyebaran virus corona atau covid-19 di Lutra. “Ada 24 santri asal Lutra yang pulang mondok dari Temboro positif terpapar virus corona, 1 kasus terkonfirmasi karena tertular pasien 01 Palopo,” katanya.
Sebaliknya, Juru bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Luwu Timur, Masdin, menyebut Klaster Vale mendominasi penyebaran covid-19 di Lutim. Dari 15 kasus positif, 14 diantaranya terpapar dari Klaster Vale, 1 kasus positif dari Klaster Temboro.
Lantas, bagaimana dengan Luwu? Direktur RSUD Batara Guru Belopa yang juga tim Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Luwu, dr Daud Mustakim, menyebut 1 kasus positif di Luwu dari Klaster Temboro, yakni santri.
Terkait Klaster Kapurung, dimana salah seorang pelaut asal Saruran, Bajo yang berdomisili di Parepare, jelas dr Daud, tetap diwaspadai pihaknya sebagai ancaman penyebaran virus corona di Luwu. Sebab, kata dia, ada 15 orang dalam pengawasan karena sempat kontak dengan pasien positif asal Parepare yang dikenal dengan istilah Klaster Kapurung, hasil rapid testnya reaktif.
“Kita berharap, 15 warga Bajo ini hasil uji FCR swabnya negatif, karena hasil rapid test-nya reaktif,” katanya, seraya menambahkan,
15 warga Bajo tersebut oleh Gugus Tugas sementara menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Semuanya sehat-sehat saja dan masuk kategori OTG atau orang tanpa gejala sehingga tak perlu dirawat di rumah sakit. Cukup isolasi di rumah saja dengan pengawasan ketat,” katanya. (**/cbd)