MASAMBA–Nirwan Syakir (NS), oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Infokom Kabupaten Luwu Utara (Lutra), Sulawesi Selatan, yang viral di media sosial lantaran diduga membagikan bantuan DMI dan baliho Pasangan Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Lutra Indah Putri Indriani dan Suaib Mansur (BISA) kepada warga, akan menempuh jalur hukum ke Polres Lutra.
Sebab, NS mengaku dirinya mengalami tindakan persekusi atau tindak kekerasan yang dilakukan sekelompok warga, Sabtu (19/9/2020) lalu.
NS yang juga Kepala Bidang E-goverment pada Dinas Infokom Luwu Utara ini, mengaku dirinya diperlakukan secara kasar dan tidak manusiawi sekitar 5-6 orang, saat dirinya berada di rumah keluarganya, di Desa Sadar, Kecamatan Bone-Bone.
“Saya dipersekusi dan diperlakukan seperti pencuri yang tertangkap tangan sedang mencuri. Saya akan melaporkan para pelaku ke Polres Lutra, karena saya diperlakukan sangat tidak manusiawi oleh para pelaku,” kata NS kepada KORAN SERUYA via ponselnya, Minggu (20/9/2020).
Jika tidak ada kendala, NS berencana akan menempuh jalur hukum, Minggu (20/9/2020), hari ini. “Kalau bukan hari ini, saya melapor besok (Senin),” kata NS.
Dijelaskan NS, sejumlah foto dirinya beredar di media sosial dengan latarbelakang baliho Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lutra, Indah Putri Indriani-Suaib Mansur (BISA), dan sejumlah paket bantuan dari Dewan Masjid Indonesia (DMI), yang viral sejak Sabtu (19/9/2020) lalu di media sosial, tidak benar adanya, bahwa dirinya tertangkap sedang membagikan baliho BISA dan bantuan DMI kepada warga di Desa Sadar.
“Kejadiannya tidak seperti itu, tidak seperti yang ramai viral di media sosial,” tegas NS.
Sebaliknya, NS menegaskan bahwa kejadian itu justru disetting oleh sekelompok orang seolah-olah dirinya tertangkap basah membagikan baliho dan bantuan DMI di tengah tahapan Pilkada Lutra 2020 sedang berlangsung. “Saya dipersekusi seolah-olah saya tertangkap tangan membagikan baliho dan bantuan DMI,” tegasnya.
Diceritakan NS, saat kejadian, dirinya berada di rumah salah seorang keluarganya di Desa Sadar, Kecamatan Bone-Bone. Sebelum insiden tersebut terjadi, NS mengaku mengantar adik perempuannya ke rumah keluarganya di Desa Sadar.
“Adik saya mau mempromosikan bedak jualannya, kebetulan saya juga mau ke Bone-Bone sehingga adik saya ikut numpang di mobil. Kami berempat, yakni adik saya, anaknya, anak saya dan saya sendiri. Istri saya tidak ikut karena ada urusan di rumah,” aku NS.
Saat adiknya sedang mempromosikan bedak jualannya, NS meminta kepada keluarganya untuk Salat Ashar. Saat sedang salat, NS mengaku mendengar suara
keributan diluar rumah.
“Saya kemudian keluar rumah setelah selesai salat, saat itulah saya ditarik seperti pencuri yang tertangkap basah. Saya ditarik ke mobil saya, dipaksa duduk dan difoto dengan latar belakang baliho BISA dan sejumlah bantuan dari DMI. Saya tidak bisa memberikan perlawanan, karena jumlah mereka sekitar 5-6 orang,” cerita NS.
Para pelaku tersebut mendatangi rumah keluarganya, lanjut NS, menumpangi mobil putih B 9114 BC. “Mereka membuka pintu mobil saya, yang kebetulan memang tidak terkunci,” katanya.
Setelah insiden tersebut, para pelaku kemudian pergi membawa beberapa bantuan DMI dan baliho BISA yang diambil diatas mobil NS. “Beberapa saat kemudian, foto saya viral di media sosial dan ramai dibagikan netizen. Padahal, kejadiannya tidak seperti yang diviralkan para netizen tersebut,” tegas NS, seraya menambahkan, saat insiden tersebut terjadi, istrinya tidak berada di lokasi kejadian.
Ditanya soal adanya baliho BISA dan beberapa bantuan DMI diatas mobilnya? Menurut NS, ada sekitar 2 buah baliho milik pasangan BISA diatas mobilnya, termasuk sekitar dua paket bantuan DMI.
Namun ditegaskan NS, baliho tersebut berada diatas mobilnya adalah baliho titipan keluarganya di Desa Sadar, yang saat sebelum dirinya menuju ke Desa Sadar ditelpon keluarganya tersebut. “Keluarga saya menelpon minta tolong agar saya mampir di percetakan di Masamba untuk mengambil baliho tersebut, karena kebetulan saya akan pergi ke Desa Sadar.
“Jadi, saya luruskan, baliho tersebut bukan untuk saya bagi ke posko. Tetapi, baliho tersebut hanya titipan keluarga saya, karena kebetulan saya mau ke Desa Sadar. Saya diminta tolong mengambil baliho tersebut,” jelas NS.
Soal adanya beberapa paket bantuan DMI, NS mengatakan, bantuan tersebut sudah beberapa minggu ada di atas mobilnya. Sebab, kebetulan dirinya adalah pengurus DMI Lutra, dimana bantuan tersebut akan diberikan kepada imam masjid yang terdampak banjir.
“Bantuan tersebut belum saya saya bagikan kepada imam masjid yang terdampak banjir. Jadi, bantuan tersebut saya simpan diatas mobil dan sudah beberapa minggu diatas mobil saya,” katanya.
Atas insiden tersebut, NS menegaskan dirinya siap mempertanggungjawabkannya, termasuk bila dirinya dilaporkan ke Bawaslu Lutra. “Saya punya saksi yang menguatkan bahwa saya tidak sedang membagi baliho dan bantuan DMI ke warga. Termasuk saya punya saksi bahwa baliho tersebut titipan keluarga,” katanya. (iys)