LAPORAN : Chaliq Mughni
PALOPO – Dua wanita memasuki halaman Mapolres Palopo, Sabtu (21/8/2021). Mereka ialah Dahlia dan anaknya Fitra. Ibu dan anak itu memasuki halaman Polres Palopo dengan langkah mantap.
Mengenakan pakaian serba pink dengan motif bunga. Tampilan Dahlia semakin cantik dengan kerudung yang sewarna dengan bajunya. Sementara Fitra tampil percaya diri dengan baju orange yang dipadu dengan kerudung hitam. Tak lupa mereka berdua mengenakan masker.
Kedua orang itu berniat melaporkan beberapa akun media sosial yang beberapa hari lalu membuat postingan yang menyudutkan tempat usahanya. Ya, mereka adalah pemilik warung mie ayam jembatan putih.
Warung yang diisukan menyajikan mie ayam dengan menggunakan daging yang tak wajar. Melalui postingan di beberapa akun media sosial dengan narasi tikus dalam mie ayam membuat jagat raya dunia maya gempar.
Kedua wanita itu telah dinanti dua jurnalis yang ingin mengabadikan laporan mereka. Setelah memberitahukan maksud keduanya kepada petugas jaga, seorang polisi berpangkat Aiptu mengantar mereka bertemu penyidik Reskrim unit tindak pidana tertentu (Tipidter).
Kurang lebih satu jam mereka konsultasi dengan pihak yang berwajib. Sementara, wartawan yang awalnya hanya dua, kini ‘beranak pinak’ menjadi enam. Tujuan mereka sama, ingin mengetahui isi laporan Dahlia dan Fitra.
Setelah diberikan beberapa pertanyaan oleh polisi, Fitra dan sang ibu lalu keluar dari ruang penyidik. Mereka tampak lemah. Mungkin akibat beban pikiran ditambah konsultasi dengan pihak yang berwajib.
Kedua wanita itu lalu dikerumuni para pencari berita. Belum juga ada satu pertanyaan yang dilontarkan, Dahlia meminta untuk tidak diwawancara dulu. Dengan gestur menolak, dia berlalu meninggalkan enam orang yang sedari tadi menunggunya keluar dari ruang penyidik.
Hanya Fitra yang sedikit terbuka kepada wartawan. Wanita cantik itu sesekali menjawab beberapa kalimat tanya yang diserangkan kepadanya. “Proses hukum semua kami serahkan ke pihak kepolisian,” singkatnya sambil berlalu.
Mengenakan sepeda motor matik hitam, kedua wanita itu lalu meninggalkan Polres Palopo. Gestur menolak untuk berkomentar hanya sementara saja. Sepuluh menit kemudian, salah satu handphone jurnalis yang tadi sempat kecewa berdering, tanda pesan masuk.
Pesan itu dari Dahlia. Dia meminta para pemburu berita untuk wawancara di warungnya saja. Mungkin karena perasaan tidak enak, makanya dia menolak wawancara di Polres Palopo.
Lima motor jurnalis dengan berbagai merk kemudian berlalu meninggalkan kantor polisi. Mereka seakan berlomba siapa yang lebih dahulu sampai ke tempat tujuan.
Sesampainya di warung jemput, para jurnalis disambut Dahlia. Kali ini, gesturnya lebih bersahabat. Dengan sopan, dia mempersilahkan duduk orang-orang yang ‘memburunya’ tadi di Polres.
“Ini fitnah dek. Bagaimana saya harus mempertanggung jawabkan di akhirat bila yang saya sajikan itu daging tikus,” kata Dahlia memulai percakapan.
Sambil memegang kepala dan sesekali menyeka matanya, sambil memperkokoh pertahanannya agar tangisnya tak pecah. Dia tak ingin terlihat lemah di hadapan orang.
Beberapa kali mulutnya berdzikir, memuji kebesaran tuhan sambil meminta kekuatan agar berhasil melewati ujian yang berat ini. Baginya, ini sudah kali kedua warungnya difitnah.
“Ini sudah dua kali. Tahun 2009 lalu, kami dituduh menjual bakso kucing. Astagafirullah, masih saja orang ingin menjatuhkan kami, padahal kami hanya mencari rezeki yang halal,” kata perantau asal Maros itu.
Dahlia pun berkisah awal perantauannya di Kota Idaman. Awal membangun usaha itu ialah tahun 2002. Tepatnya 7 Mei 2002. Usaha yang dirintis maju pesat dan memiliki banyak pelanggan.
“Fitra saat itu baru masuk sekolah dasar,” kenang Dahlia sambil sesekali tersenyum dan mencoba mengingat momen emosional dalam hidupnya.
Sebagai anak Fitra kemudian mencoba menguatkan ibunya. Dia kemudian yang mencoba menjawab setiap pertanyaan wartawan. Dialah yang lebih banyak menjawab pertanyaan wartawan. Jawabannya lugas dan tegas.
“Ada beberapa akun media sosial di instagram dan facebook yang kami laporkan. Termasuk ada satu akun pribadi. Bukti screenshoot, foto dan video telah kami lampirkan sebagai barang bukti,” tegas Fitra.
Mereka kemudian berharap, para penegak hukum bisa berlaku adil dan mengembalikan nama baik warungnya. (*)