PALOPO – Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) menghadirkan solusi dari permasalahan yang saat ini dihadapi para petani rumput laut yang ada di Palopo.
Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), petani Rumput Laut Labombo bekerjasama dengan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dilatih dan didampingi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para petani rumput laut.
Humas UNCP, Gita Sri Hidayati, menyebutkan bahwa tahap akhir program PKM akan difokuskan pada penangkaran bibit rumput laut dan pemanfaatan bambu sebagai sarana pengeringan rumput laut.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian, Rahman Hairuddin menyampaikan bahwa kegiatan PKM yang bersifat pemberdayaan masyarakat akan selalu ditingkatkan dan sekaligus menjadi bentuk sosialisasi kampus ke masyarakat.
“Hadirnya perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan budidaya rumput laut diharapkan dapat meningkatkan perekenomian petani dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi khususnya UNCP,” sebut Rahman Hairuddin.
Senada dengan hal tersebut, Mustari sebagai salah satu petani rumput laut Labombo menyampaikan bahwa program ini sangat membantu para petani dalam mengatasi permasalahan keterbatasan bibit berkualitas dan masalah pengeringan di musim penghujan.
Melalui program ini kata dia, petani dengan mudah dapat memperoleh bibit rumput laut berkualitas ke depannya. Selain itu, petani tidak khawatir lagi dengan rusaknya rumput laut selama proses pengeringan jika musim hujan tiba.
“Solusi efektif yang ditawarkan adalah memanfaatkan bambu sebagai media pengeringan mengingat bahwa banyaknya bambu bekas bangunan yang belum termanfaatkan” terangnya.
Berdasarkan data lapangan yang dihasilkan, uji coba tahap awal permasalahan yang dialami membandingkan secara langsung hasil pengeringan rumput laut. Pada musim kemarau tingkat kadar air, kadar garam, dan lama pengeringan rumput laut kering yang dihasilkan tidak jauh berbeda yaitu kadar air 30% dan Kadar garam 5% yang dikeringkan selama seharian (pukul 08.00-17.00 WITA). Berbeda pada musim penghujan, tingkat kadar air dan kadar garam dengan memanfaatkan bambu sebagai media pengeringan lebih sesuai standar (kadar air 30% dan Kadar garam 5%) dibandingkan pengeringan secara tradisional. Lama pengeringan dengan menggunakan bambu cukup seharian sedangkan secara tradisional membutuhkan waktu lebih lama yaitu sekitar 2 hari. (jun)