LUTIM – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Timur, Drs La Besse mengatakan Ujian Nasional (UN) akan diganti dengan asesmen nasional.
Penggantian metode ujian yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2021.
“Tahun 2021, ujian nasional diganti dengan asesmen,” kata Drs La Besse, Kamis (18/2/2021).
La Besse mengatakan, dengan ditiadakannya UN, maka tahun ini diberlakukan Assesment dimana yang diberikan ujian itu bukan hanya peserta didiknya tetapi guru dan kepala sekolah.
Dengan tujuan buka untuk mengukur kemampuan hasil belajar murid tapi untuk mengukur seperti apa lembaga itu dalam hal ini sekolah.
“Setelah ada hasilnya, itulah dijadikan dasar rujukan oleh pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan di sekolah itu. Sehingga pemerintah berharap semua peserta asesmen ini terbuka,” bebernya.
Adapun Assesment ini ada tiga komponen dimana yang pertama terkait Literasi (Kemampuan membaca dan wawasan) dan Numerasi (kemampuan memahami sesuatu lewat angka-angka). Pesertanya itupun peserta asesmen nasional ini adalah kelas 5 SD, kelas 2 SMP dan kelas 2 SMA/SMK,
“Itupun pesertanya kalau di SD hanya 30 orang, di SMP dan SMA 45 orang. 30 dan 45 orang ini adalah ditentukan secara acak oleh kementerian melalui data siswa yang ada di Dapodik,” beber La Besse.
Yang kedua, adalah terkait dengan karakter peserta didik apa yang terkait dengan kemampuan kepribadian anak-anak apa yang telah diajarkan, dilakukan oleh masing-masing sekolah. Seperti apa dampaknya terhadap anak-anak.
“Apakah telah mampu diterapkan di lingkungannya masing-masing atau tidak. Itu akan dinilai semua sebentar,” cetusnya.
Selanjutnya yang ketiga adalah survei lingkungan belajar. Survei lingkungan belajar ini pesertanya bukan peserta didik, tetapi guru dan kepala sekolah.
Dengan di berlakukanya asesmen nasional, Kadis Pendidikan Luwu Timur ini menyampaikan jika tidak perlu ada kekhawatiran peserta didik dan orang tua. Sehingga tidak perlu ada persiapan khusus.
“Lebih baik anak-anak kita itu. Anak kelas 6 SD anak kelas 3 SMP, SMA/SMK untuk mempersiapkan diri untuk ujian sekolah,” harapnya.
Sehingga kelulusan peserta didik ditentukan lulus atau tidaknya peserta didik itu dari sekolah sendiri. Sehingga tidak lagi negara masuk menguji mereka.
“Jadi logikanya yang paling tau apa yang diberikan dan apa yang diujikan anak-anak adalah sekolahnya masing-masing, yang selama ini UN yang dibuat oleh satu orang saja untuk seluruh siswa di Indonesia padahal perlakuannya belum tentu sama di setiap daerah. Sehingga dengan asesmen ini sekolah bisa melihat sendiri siapa yang bisa lulus siapa yang tidak,” jelas La Besse.
Rencana awal kegiatan asesmen nasional dimulai pada Meret-April 2021 untuk SMP dan SMA/SMK, sementara SD di bulan Agustus tetapi karena melonjaknya angka covid-19 sehingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengambil kebijakan baru untuk pelaksanaan asesmen nasional 2021 akan dilaksanakan pada September-Oktober 2021 mendatang.
(Rah)